5 Perbedaan Mendasar TKA dan UN

5 Perbedaan Mendasar TKA dan UN yang Wajib Diketahui Siswa dan Orang Tua

kepalasekolah.id – 5 Perbedaan Mendasar TKA dan UN yang Wajib Diketahui Siswa dan Orang Tua. Pergantian Ujian Nasional (UN) dengan Tes Kemampuan Akademik (TKA) menandai babak baru dalam sistem evaluasi pendidikan di Indonesia. Kebijakan ini bukan sekadar pergantian nama, melainkan sebuah perubahan filosofi yang mendalam tentang cara kita mengukur kompetensi siswa. Setelah sekian lama Ujian Nasional menjadi momok menakutkan, TKA hadir dengan pendekatan yang lebih holistik dan berorientasi pada kompetensi. Perbedaan mendasar antara keduanya wajib dipahami oleh seluruh pihak, terutama siswa, orang tua, dan para pendidik, agar tidak terjadi salah kaprah dalam mempersiapkan diri.

Perbedaan Mendasar #1: Tujuan dan Fokus Ujian

Ini adalah perbedaan paling fundamental antara TKA dan UN. UN dirancang sebagai ujian standarisasi untuk menentukan kelulusan siswa dan mengukur mutu pendidikan secara nasional. Fokus UN adalah menguji penguasaan materi yang telah diajarkan, yang sering kali berujung pada sistem pembelajaran yang menekankan hafalan dan drill soal. Akibatnya, kurikulum di banyak sekolah menjadi “terdistorsi” karena fokus guru dan siswa hanya pada materi yang diujikan dalam UN.

Sebaliknya, TKA tidak bertujuan menentukan kelulusan. TKA berfungsi sebagai alat ukur capaian akademik individu yang terstandar. Tujuannya adalah untuk memetakan kemampuan siswa dalam literasi (membaca) dan numerasi (matematika), serta mata pelajaran pilihan lainnya. TKA berfokus pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), seperti penalaran, analisis, dan pemecahan masalah. Ujian ini mendorong siswa untuk tidak hanya menghafal, tetapi juga memahami konsep secara mendalam dan mampu mengaplikasikannya dalam berbagai situasi.

Perbedaan Mendasar #2: Sifat Ujian dan Status Kelulusan

Perbedaan signifikan lainnya terletak pada sifat ujian itu sendiri. Ujian Nasional memiliki sifat wajib dan menjadi salah satu syarat utama kelulusan. Hasil UN menjadi penentu apakah seorang siswa bisa lulus atau tidak. Hal ini sering kali menimbulkan tekanan psikologis yang luar biasa pada siswa, guru, dan orang tua.

Sementara itu, TKA tidak wajib diikuti oleh semua siswa dan tidak menjadi penentu kelulusan. Kelulusan siswa sepenuhnya menjadi kewenangan pendidik dan satuan pendidikan, berdasarkan rapor dan pertimbangan guru. TKA bersifat opsional, meskipun sangat dianjurkan untuk diikuti. Hasil TKA berupa Sertifikat Hasil TKA (SHTKA) menjadi bukti resmi capaian akademik yang terstandar dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pendaftaran ke jenjang pendidikan berikutnya atau program beasiswa. Sifat yang tidak wajib dan tidak menentukan kelulusan ini secara signifikan mengurangi beban dan tekanan yang dirasakan oleh siswa.

Perbedaan Mendasar #3: Mata Uji dan Struktur Soal

Ujian Nasional menguji semua mata pelajaran yang ada dalam kurikulum, seperti Bahasa Indonesia, Matematika, IPA/IPS, dan Bahasa Inggris, tergantung jenjangnya. Materi yang diujikan mencakup seluruh pelajaran dari kelas awal hingga akhir jenjang.

TKA memiliki pendekatan yang lebih terfokus. Untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs, mata uji TKA hanya mencakup Bahasa Indonesia dan Matematika. Keduanya difokuskan pada keterampilan literasi (membaca) dan numerasi (kemampuan matematika dasar) yang merupakan fondasi penting untuk pembelajaran di masa depan. Untuk jenjang SMA/MA/SMK, TKA memiliki mata uji pilihan yang memungkinkan siswa untuk fokus pada bidang yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Struktur soal TKA juga sangat berbeda. Jika UN didominasi oleh soal pilihan ganda sederhana yang menguji daya ingat, TKA menggunakan berbagai bentuk soal, termasuk pilihan ganda kompleks (PGK) model MCMA (Multiple Choice Multiple Answers) dan PGK model kategori. Bentuk-bentuk soal ini menuntut siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan tidak hanya mengandalkan satu jawaban benar. Soal-soal TKA sering kali disajikan dalam konteks kehidupan sehari-hari (kontekstual), memaksa siswa untuk menerapkan pengetahuannya dalam situasi yang relevan.

Perbedaan Mendasar #4: Standarisasi dan Penilaian

Penilaian UN sering kali dikritik karena ketidakadilannya. Nilai rapor dari sekolah yang berbeda, bahkan jika nilainya sama, bisa memiliki bobot yang berbeda. Nilai dari sekolah dengan standar ketat sering kali lebih rendah dibandingkan sekolah dengan standar longgar, yang bisa merugikan siswa berprestasi. UN hadir untuk menstandarkan nilai ini, namun sering kali juga menciptakan fenomena pengajaran yang sempit, hanya fokus pada materi ujian.

TKA mengatasi masalah ini dengan menyediakan skor yang lebih dapat dibandingkan antar-satuan pendidikan. TKA dirancang sebagai tes terstandar yang objektif, memungkinkan perbandingan yang adil antara capaian akademik siswa dari berbagai sekolah. Hasil TKA melengkapi Asesmen Nasional, memberikan data yang lebih kaya bagi pemerintah untuk memetakan mutu hasil belajar murid di seluruh Indonesia.

Perbedaan Mendasar #5: Fleksibilitas dan Tujuan Tambahan

UN memiliki satu tujuan tunggal: standarisasi dan kelulusan. Sementara itu, TKA memiliki tujuan yang jauh lebih fleksibel dan multifungsi.

  • Peningkatan Mutu Pendidikan: TKA tidak hanya mengukur, tetapi juga berpotensi menjadi model pembelajaran. Dengan soal-soal berbasis penalaran dan pemecahan masalah, TKA mendorong guru untuk mengubah metode pengajaran mereka menjadi lebih berorientasi pada pemahaman konsep dan keterampilan berpikir.
  • Pengakuan Kesetaraan: TKA menjadi alat yang vital untuk memberikan pengakuan hasil belajar bagi siswa dari jalur pendidikan nonformal dan informal. Bagi murid Paket A, B, atau C, serta mereka yang belajar secara mandiri, TKA memberikan bukti resmi yang dapat digunakan untuk mendapatkan pengakuan setara dengan pendidikan formal.
  • Feedback untuk Pemerintah: Hasil TKA memberikan data berharga bagi pemerintah pusat dan daerah untuk mengevaluasi efektivitas kurikulum dan intervensi kebijakan. Data ini memungkinkan pemerintah untuk melakukan perbaikan yang terarah dan tepat sasaran.

Dengan semua perbedaan ini, TKA tidak hanya menjadi sebuah tes, melainkan sebuah instrumen strategis yang dirancang untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia. Ini adalah langkah maju menuju sistem evaluasi yang lebih adil, holistik, dan relevan dengan kebutuhan abad ke-21.

 

Pergeseran Paradigma: Mengapa TKA Lebih Tepat untuk Masa Depan Pendidikan?

Mengapa pemerintah memutuskan untuk beralih dari UN ke TKA? Jawabannya terletak pada pergeseran paradigma pendidikan. Di era digital dan informasi ini, kemampuan untuk menghafal fakta tidak lagi relevan. Yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk memilah informasi, berpikir kritis, menyelesaikan masalah kompleks, dan beradaptasi dengan cepat. TKA, dengan fokusnya pada literasi, numerasi, dan penalaran, lebih sesuai dengan kebutuhan ini.

  • Mengurangi Tekanan Ujian: Dengan menghilangkan status UN sebagai penentu kelulusan, TKA membantu menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif. Siswa bisa fokus pada proses pembelajaran, bukan hanya pada hasil ujian. Ini akan membantu mengembangkan minat belajar yang tulus dan mengurangi stres yang tidak perlu.
  • Pembelajaran yang Lebih Mendalam: TKA mendorong guru untuk merancang pembelajaran yang lebih mendalam, tidak hanya sekadar mengajar untuk ujian. Guru dapat lebih leluasa mengeksplorasi materi di luar kurikulum TKA, seperti soft skills, kolaborasi, dan kreativitas, yang tidak diukur oleh TKA tetapi sangat penting untuk perkembangan siswa.
  • Menciptakan Keadilan: TKA menjadi “wasit” yang adil dalam mengukur kemampuan siswa dari berbagai sekolah. Ini akan membantu mengatasi ketimpangan kualitas antar-sekolah dan memberikan kesempatan yang lebih setara bagi semua siswa, terlepas dari di mana mereka bersekolah.

Perbedaan antara TKA dan Ujian Nasional bukanlah sekadar perubahan teknis, melainkan sebuah lompatan besar dalam filosofi pendidikan. TKA mencerminkan visi pendidikan yang lebih maju, di mana keberhasilan siswa tidak hanya diukur dari nilai ujian, tetapi dari kemampuan mereka untuk berpikir kritis, bernalar, dan menyelesaikan masalah. Dengan memahami perbedaan ini, siswa, orang tua, dan guru dapat bersama-sama beradaptasi dan mengambil peran aktif dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Indonesia. TKA adalah sebuah kesempatan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga tangguh dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Scroll to Top