CP MATEMATIKA 2025 Terbaru Kelas 5 dan 6 SD/ MI

Membedah Capaian Pembelajaran Matematika 2025 untuk Kelas 5 dan 6 SD/MI

kepalasekolah.id – Membedah Capaian Pembelajaran Matematika 2025 untuk Kelas 5 dan 6 SD/MI. Perjalanan pendidikan di Indonesia terus berevolusi, dan adaptasi terhadap perkembangan zaman menjadi sebuah keharusan. Dalam konteks ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, melalui Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), telah mengeluarkan pedoman penting yang akan membentuk masa depan pembelajaran. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 046/H/KR/2025 tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah adalah dokumen fundamental yang kini menjadi acuan. Kali ini, kita akan mengulas secara mendalam Capaian Pembelajaran (CP) Matematika untuk Fase C, yang umumnya mencakup Kelas V dan VI SD/MI.

Fase C adalah tahap krusial di mana siswa SD/MI mulai mengonsolidasikan pemahaman matematis mereka dan mempersiapkan diri untuk transisi ke jenjang pendidikan menengah. Ini bukan lagi sekadar pengenalan konsep, melainkan pendalaman, aplikasi, dan pengaitan antarberbagai bidang matematika. Bagi guru, orang tua, dan seluruh pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, memahami CP ini adalah langkah vital untuk memastikan siswa siap menghadapi tantangan akademik yang lebih kompleks di masa depan. Artikel ini akan mengupas tuntas rasional, tujuan, karakteristik, dan capaian spesifik Matematika untuk Fase C.

A. Rasional: Fondasi Matematika untuk Masa Depan yang Dinamis

Matematika sering kali dipandang sebagai disiplin ilmu yang kaku, tetapi esensinya jauh lebih fundamental. Rasional di balik CP Matematika 2025 menegaskan bahwa matematika adalah ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir logis yang mendasari perkembangan teknologi modern dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Ini menempatkan matematika sebagai pilar utama kemajuan sains dan teknologi, serta sumber inovasi yang tak ada habisnya. Matematika tidak hanya untuk dipahami secara teoretis, tetapi juga berperan sebagai alat untuk membangun pemahaman, melatih cara berpikir, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan.

Belajar matematika secara sistematis dapat meningkatkan kemampuan murid dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi ini sangat esensial agar murid memiliki kemampuan untuk memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, penuh dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif. Di era informasi yang terus berkembang pesat, kemampuan ini menjadi bekal yang tak ternilai.

Mata pelajaran Matematika membekali murid dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, serta kapasitas untuk berpikir logis, kritis, dan analitis. Proses ini memungkinkan mereka bernalar secara bertahap untuk memahami konsep, prinsip, dan solusi dalam matematika. Lebih jauh, pembelajaran ini juga membentuk sikap positif terhadap matematika dan menumbuhkan nilai-nilai luhur seperti kemandirian, ketekunan, ketelitian, rasionalitas, serta kreativitas.

Dengan demikian, mata pelajaran matematika relevan dan berkontribusi secara signifikan dalam mewujudkan delapan dimensi profil lulusan. Secara khusus, ia akan mengembangkan kompetensi penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, dan komunikasi murid. Materi pembelajaran disusun melalui elemen, domain, atau bidang kajian utama: Bilangan, Aljabar, Pengukuran, Geometri, serta Analisis Data dan Peluang, yang akan semakin kompleks seiring peningkatan fase.

 

B. Tujuan: Mencetak Pemecah Masalah Matematika yang Komunikatif

Tujuan mata pelajaran Matematika dalam CP 2025 sangatlah holistik, mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ada enam poin utama yang menjadi target pembekalan murid:

  1. Memahami materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis dan mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis (pemahaman matematis dan kecakapan prosedural). Ini menekankan penguasaan konsep yang mendalam dan kemampuan penerapannya dalam berbagai konteks.
  2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (penalaran dan pembuktian matematis). Poin ini mendorong kemampuan berpikir abstrak, merumuskan generalisasi, dan membuktikan kebenaran matematis.
  3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan masalah matematis). Aspek pemecahan masalah menjadi inti pembelajaran, dari identifikasi masalah hingga interpretasi hasil yang diperoleh.
  4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta menyajikan suatu situasi ke dalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi matematis). Kemampuan mengomunikasikan ide matematis secara efektif adalah keterampilan penting untuk berbagi pemikiran.
  5. Mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan kehidupan (koneksi matematis). Matematika tidak diajarkan secara terpisah, melainkan terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah (disposisi matematis). Tujuan ini menyoroti pembentukan karakter positif dan motivasi intrinsik terhadap matematika.

 

C. Karakteristik: Lima Elemen Konten dan Proses yang Saling Terkait

Mata pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima elemen konten dan lima elemen proses. Elemen konten terkait dengan pandangan bahwa matematika sebagai materi pembelajaran (subject matter) yang harus dipahami murid. Pemahaman matematis terkait erat dengan pembentukan alur pemahaman terhadap materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi yang bersifat formal-universal.

Berikut adalah elemen dan deskripsi elemen konten mata pelajaran Matematika:

Elemen Deskripsi
Bilangan Bidang kajian Bilangan membahas tentang angka sebagai simbol bilangan, konsep bilangan, operasi hitung bilangan, dan relasi antara berbagai operasi hitung bilangan dalam sub-elemen representasi visual, sifat urutan, dan operasi.
Aljabar Bidang kajian Aljabar membahas tentang aljabar non-formal dalam bentuk simbol gambar sampai dengan aljabar formal dalam bentuk simbol huruf yang mewakili bilangan tertentu dalam sub-elemen persamaan dan pertidaksamaan, relasi dan pola bilangan, serta rasio dan proporsi.
Pengukuran Bidang kajian Pengukuran membahas tentang besaran-besaran pengukuran, cara mengukur besaran tertentu, dan membuktikan prinsip atau teorema terkait besaran tertentu dalam sub-elemen pengukuran besaran geometris dan non-geometris.
Geometri Bidang kajian Geometri membahas tentang berbagai bentuk bangun datar dan bangun ruang serta ciri-cirinya dalam sub-elemen geometri datar dan geometri ruang.
Analisis Data dan Peluang Bidang kajian Analisis Data dan Peluang membahas tentang pengertian data, jenis-jenis data, pengolahan data dalam berbagai bentuk representasi, dan analisis data kuantitatif terkait pemusatan dan penyebaran data serta peluang munculnya suatu data atau kejadian tertentu dalam sub-elemen data dan representasinya, serta ketidakpastian dan peluang.

 

Fokus Mendalam: Capaian Pembelajaran Matematika Fase C (Kelas V dan VI SD/MI)

Fase C adalah puncak pembelajaran matematika di jenjang SD/MI, tempat siswa diharapkan mengintegrasikan dan menerapkan semua pengetahuan yang telah mereka peroleh dari fase-fase sebelumnya. Pada akhir Fase C, murid memiliki kemampuan sebagai berikut:

3.1. Bilangan

Murid menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) pada bilangan cacah sampai 1.000.000; membaca, menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan, mengurutkan, melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan; menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan uang; melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah sampai 100.000; serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. Murid dapat membandingkan dan mengurutkan berbagai pecahan termasuk pecahan campuran, melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta melakukan operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli; mengubah pecahan menjadi berbagai bentuk pecahan lain, serta membandingkan dan mengurutkan bilangan desimal (satu angka di belakang koma).

  • Peningkatan dari Fase B: Skala bilangan meningkat secara drastis hingga 1.000.000. Operasi bilangan cacah diperluas hingga 100.000, dan konsep penting seperti KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) diperkenalkan. Pemahaman pecahan semakin mendalam, termasuk operasi hitung pecahan dan konversi ke desimal (dengan satu angka di belakang koma).
  • Implikasi Pembelajaran: Siswa harus diajak untuk bekerja dengan bilangan yang lebih besar, baik dalam perhitungan manual maupun menggunakan kalkulator sebagai alat bantu (bukan pengganti). Konsep KPK dan FPB harus diajarkan melalui masalah kontekstual yang relevan. Praktik intensif dengan operasi pecahan dan konversinya sangat diperlukan.

 

3.2. Aljabar

Murid menemukan nilai yang belum diketahui dalam kalimat matematika yang melibatkan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pada bilangan cacah sampai 1000 dengan menggunakan sifat-sifat bilangan dan operasinya. Murid dapat mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola bilangan membesar dan mengecil yang melibatkan perkalian dan pembagian; bernalar secara proporsional untuk menyelesaikan masalah sehari-hari dengan rasio satuan; menggunakan operasi perkalian dan pembagian dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang terkait dengan proporsi.

  • Peningkatan dari Fase B: Konsep aljabar diperluas dengan melibatkan operasi perkalian dan pembagian dalam menemukan nilai yang tidak diketahui. Pengenalan pola bilangan kini mencakup perkalian dan pembagian, dan yang paling penting adalah penalaran proporsional serta konsep rasio dan proporsi.
  • Implikasi Pembelajaran: Penggunaan model visual seperti bar model atau diagram untuk membantu siswa memecahkan masalah aljabar dan proporsi akan sangat efektif. Soal-soal cerita yang melibatkan perbandingan dan skala harus banyak diberikan.

 

3.3. Pengukuran

Murid menentukan keliling dan luas berbagai bentuk bangun datar (segitiga, segiempat, dan segi banyak) serta gabungannya; menghitung durasi waktu dan mengukur besar sudut pada bangun datar atau yang dibentuk dari dua garis berpotongan.

  • Peningkatan dari Fase B: Konsep pengukuran diperdalam dengan perhitungan keliling dan luas bangun datar (termasuk gabungannya). Selain itu, pengenalan durasi waktu dan pengukuran besar sudut adalah penambahan penting.
  • Implikasi Pembelajaran: Aktivitas praktik dengan berbagai bentuk bangun datar, pengukuran nyata di lingkungan sekolah, dan penggunaan busur derajat untuk mengukur sudut akan memperkuat pemahaman. Soal-soal yang menggabungkan berbagai konsep pengukuran juga diperlukan.

 

3.4. Geometri

Murid mengkonstruksi dan mengurai bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) dan mengenali visualisasi spasial (bagian depan, atas, dan samping); membandingkan karakteristik antar bangun datar dan antar bangun ruang; serta menentukan lokasi pada peta yang menggunakan sistem berpetak.

  • Peningkatan dari Fase B: Penekanan pada konstruksi dan penguraian bangun ruang (kubus, balok, dan gabungannya) menunjukkan tingkat kompleksitas yang lebih tinggi. Pengenalan visualisasi spasial dan penentuan lokasi pada peta berpetak juga menjadi target baru.
  • Implikasi Pembelajaran: Penggunaan model bangun ruang, menggambar perspektif (depan, atas, samping), dan latihan menggunakan peta sederhana dengan sistem koordinat akan sangat membantu siswa. Diskusi tentang perbedaan dan persamaan antar bangun juga penting.

 

3.5. Analisis Data dan Peluang

Murid mengurutkan, membandingkan, menyajikan, dan menganalisis data banyak benda dan data hasil pengukuran dalam bentuk gambar, piktogram, diagram batang, dan tabel frekuensi untuk mendapatkan informasi; menentukan kejadian dengan kemungkinan yang lebih besar atau lebih kecil dalam suatu percobaan acak.

  • Peningkatan dari Fase B: Kemampuan analisis data diperkuat dengan penggunaan tabel frekuensi dan yang paling signifikan adalah pengenalan awal konsep peluang (kemungkinan lebih besar atau lebih kecil dalam percobaan acak).
  • Implikasi Pembelajaran: Aktivitas pengumpulan data nyata (misalnya, hasil survei di kelas, data pengukuran tinggi badan), penyajian dalam berbagai format, dan diskusi interpretasi data akan sangat bermanfaat. Eksperimen sederhana dengan dadu atau koin untuk memperkenalkan konsep peluang juga dapat dilakukan.

Download lengkap CP Resmi 2025

Implikasi Pembelajaran dan Persiapan Menuju Jenjang Selanjutnya

Capaian Pembelajaran Matematika 2025 Fase C memiliki implikasi besar bagi guru dan siswa di kelas 5 dan 6. Ini adalah tahap di mana siswa diharapkan mulai mengembangkan pemikiran abstrak dan kemampuan memecahkan masalah yang lebih kompleks.

  • Penguatan Konsep Lintas Elemen: Guru perlu menunjukkan bagaimana elemen-elemen matematika saling terkait. Misalnya, penggunaan bilangan dalam pengukuran, atau aljabar dalam analisis data.
  • Penekanan pada Pemecahan Masalah: Berikan siswa lebih banyak soal cerita dan masalah non-rutin yang memerlukan penalaran dan strategi pemecahan masalah.
  • Diskusi dan Komunikasi: Dorong siswa untuk menjelaskan pemikiran mereka, berdiskusi dengan teman sebaya, dan mempresentasikan solusi. Ini akan memperkuat kemampuan komunikasi matematis.
  • Persiapan Transisi ke SMP: CP Fase C dirancang untuk menjadi jembatan ke jenjang SMP. Guru dapat mengintegrasikan materi yang akan menjadi dasar di SMP, seperti pemahaman lebih lanjut tentang pecahan, desimal, persentase, dan konsep aljabar dasar.
  • Penggunaan Teknologi yang Tepat Guna: Manfaatkan kalkulator, spreadsheet sederhana, atau software geometri untuk membantu siswa memahami konsep kompleks, tetapi jangan sampai menggantikan pemahaman dasar mereka.

Dengan memahami dan mengimplementasikan Capaian Pembelajaran Matematika 2025 Fase C secara efektif, kita dapat memastikan bahwa siswa lulusan SD/MI tidak hanya memiliki dasar matematika yang kuat, tetapi juga keterampilan berpikir kritis dan analitis yang esensial untuk melanjutkan pendidikan dan menghadapi tantangan di masa depan. Bagaimana Anda, sebagai pendidik, akan memastikan setiap siswa mencapai target capaian ini sebelum melangkah ke jenjang SMP?

Scroll to Top