kepalasekolah.id – Capaian Pembelajaran PJOK 2025 untuk Kelas 3 dan 4 SD: Transformasi Pendidikan Jasmani. Tahun 2025 menjadi tonggak penting bagi dunia pendidikan Indonesia dengan berlakunya Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Nomor 046/H/KR/2025. Keputusan ini menghadirkan perubahan signifikan, khususnya dalam Capaian Pembelajaran (CP) Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK). Setelah meletakkan fondasi gerak dan kesehatan di Fase A (kelas 1 dan 2), kini kurikulum beralih ke Fase B, yang ditujukan untuk anak-anak kelas 3 dan 4 SD. Fase ini bukan sekadar kelanjutan, melainkan jembatan penting yang mentransformasi pemahaman anak dari sekadar “menirukan gerak” menjadi “menerapkan strategi gerak” dengan mandiri dan bertanggung jawab.
Artikel ini akan mengupas tuntas CP PJOK 2025 Fase B, menyoroti bagaimana kurikulum ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan gerak yang lebih kompleks, menumbuhkan nilai-nilai sosial, serta meningkatkan literasi kesehatan dan kebugaran pada anak usia 7-10 tahun. Kami akan menganalisis setiap poin CP, mulai dari rasional hingga tujuan, karakteristik, dan detail capaian yang akan membentuk generasi yang tidak hanya aktif, tetapi juga cerdas secara jasmani.
Daftar Isi
- 1 A. Rasional: Menerapkan Fondasi Gerak untuk Kecakapan Hidup
- 2 B. Tujuan: Mengembangkan Keterampilan dan Kemandirian Anak
- 3 C. Karakteristik: Landasan Pedagogis yang Lebih Kompleks
- 4 Elemen dan Deskripsi Elemen Mata Pelajaran PJOK
- 5 Capaian Pembelajaran (CP) Fase B: Detail untuk Kelas 3 dan 4 SD
- 6 Kesimpulan: Jembatan Menuju Literasi Jasmani yang Mandiri
A. Rasional: Menerapkan Fondasi Gerak untuk Kecakapan Hidup
Kehadiran PJOK dalam kurikulum 2025 semakin menegaskan posisinya sebagai pembelajaran inti. Rasionalnya berakar pada pemahaman bahwa setiap murid harus menempuh perjalanan pedagogis untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap terhadap gerak dan kesehatan. Jika di Fase A fokusnya adalah pengenalan gerak fundamental, di Fase B anak-anak didorong untuk mengaplikasikan gerak tersebut dalam konteks yang lebih terstruktur dan kompleks.
Kurikulum ini digambarkan seperti bentuk berlian. Bagian tengah berlian yang mulai melebar menggambarkan transisi dari gerak fundamental menuju aplikasi gerak yang lebih strategis. Anak-anak yang telah memiliki dasar gerak yang kuat (hasil dari Fase A) kini diajak untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan partisipasi dalam aktivitas fisik. Ini adalah masa di mana mereka mulai menemukan minat dan kegemaran, yang pada akhirnya akan menjadi bekal untuk menentukan pilihan partisipasi tertentu di masa depan.
Capaian pembelajaran PJOK Fase B tetap bersifat fleksibel dan disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik murid. Hal ini krusial untuk memastikan bahwa setiap anak, terlepas dari latar belakang atau kondisi fisiknya, dapat mencapai potensi terbaiknya. Seluruh proses pembelajaran PJOK dirancang untuk mendukung terbentuknya delapan dimensi profil lulusan, yaitu: keimanan dan ketakwaan, kewargaan, kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi. Di Fase B, dimensi-dimensi ini mulai diinternalisasi lebih dalam melalui kegiatan-kegiatan tim dan pengambilan keputusan secara mandiri.
Pentingnya dimensi kesehatan juga semakin diperkuat di Fase B. Murid tidak hanya sekadar mengetahui manfaat kesehatan, tetapi juga mulai memahami risiko dari gaya hidup tidak sehat dan cara-cara pencegahannya. Pengetahuan ini menjadi bekal penting bagi mereka untuk mengambil keputusan yang tepat terkait kesehatan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
B. Tujuan: Mengembangkan Keterampilan dan Kemandirian Anak
Tujuan mata pelajaran PJOK di Fase B berfokus pada pengembangan kemandirian dan pemahaman yang lebih mendalam. Tujuan-tujuan ini adalah sebagai berikut:
- Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas jasmani untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat. Di Fase B, kesadaran ini mulai terbentuk secara lebih personal, di mana anak-anak mulai menghubungkan aktivitas fisik dengan kondisi tubuh mereka sendiri.
- Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan, dan mengembangkan pola hidup sehat. Mereka tidak hanya bergantung pada guru, tetapi mulai belajar mengelola diri mereka sendiri.
- Mengembangkan pola gerak dasar dan keterampilan gerak yang dilandasi dengan penerapan konsep, prinsip, strategi, dan taktik. Di fase ini, gerak bukan lagi sekadar gerak, melainkan sebuah aksi yang memiliki tujuan dan strategi.
- Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai kepercayaan diri, sportif, jujur, disiplin, tanggung jawab, kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis. Nilai-nilai ini menjadi semakin vital seiring dengan meningkatnya kompleksitas aktivitas kelompok.
- Menciptakan suasana yang rekreatif, berisi tantangan, dan ekspresi diri dalam interaksi sosial. Anak-anak mulai menikmati tantangan yang lebih besar dan berani mengekspresikan diri mereka dalam tim.
- Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk memiliki pola hidup aktif serta memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran pribadi sepanjang hayat.
- Mengembangkan kemampuan murid agar selaras dengan dimensi profil lulusan, yang merupakan tujuan besar dari kurikulum ini.
C. Karakteristik: Landasan Pedagogis yang Lebih Kompleks
Karakteristik PJOK di Fase B memperlihatkan pendalaman dari apa yang sudah dibangun di Fase A:
- Pengalaman Langsung dan Autentik: Murid terlibat dalam pengalaman yang lebih kompleks untuk meningkatkan kreativitas, penalaran kritis, kolaborasi, dan keterampilan berkomunikasi. Mereka mulai diajak memecahkan masalah gerak secara mandiri atau dalam tim.
- Prinsip Developmentally Appropriate Practices (DAP): Pembelajaran PJOK tetap berprinsip DAP, namun dengan tugas gerak yang lebih menantang dan sesuai dengan perkembangan kognitif anak usia 7-10 tahun.
- Literasi Jasmani: Pembelajaran ini membentuk individu yang terliterasi secara jasmani dan mulai menerapkan pemahaman tersebut dalam berbagai konteks kehidupan.
- Pembentukan Profil Lulusan: Pembelajaran PJOK tetap didasari nilai-nilai luhur bangsa untuk membentuk dimensi profil lulusan.
- Empat Elemen Inti: PJOK mengandung empat elemen utama, yaitu: terampil bergerak, belajar melalui gerak, bergaya hidup aktif, dan memilih hidup yang menyehatkan, dengan cakupan yang lebih luas dari Fase A.
Elemen dan Deskripsi Elemen Mata Pelajaran PJOK
Empat elemen inti yang telah diperkenalkan di Fase A kini diperdalam dan diperluas cakupannya di Fase B, menjadi panduan bagi guru dalam merancang pengalaman belajar yang lebih menantang:
Capaian Pembelajaran (CP) Fase B: Detail untuk Kelas 3 dan 4 SD
Fase B (usia mental ± 7 Tahun/Kelas III dan IV SDLB) adalah masa di mana anak-anak mulai beralih dari pembelajaran yang sangat terstruktur ke pembelajaran yang mendorong eksplorasi dan kemandirian. Pada akhir Fase B, murid diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
2.1. Terampil Bergerak Murid menunjukkan keterampilan gerak fundamental dan menerapkan aktivitas permainan olahraga. Mereka dapat menerapkan dan menyesuaikan strategi gerak untuk mendapatkan capaian keterampilan gerak. Selain itu, mereka juga memperagakan konsep gerak yang dapat diterapkan dalam rangkaian gerak, yang disesuaikan dengan kemampuan karakteristik murid.
Di kelas 3 dan 4, pembelajaran tidak lagi hanya “lempar-tangkap,” tetapi menjadi “lempar-tangkap dalam permainan beregu.” Guru mengajarkan bagaimana strategi sederhana, seperti posisi tubuh atau cara berpindah, dapat memengaruhi keberhasilan dalam permainan. Ini menuntut anak-anak untuk berpikir kritis dan kreatif di tengah aktivitas fisik.
2.2. Belajar melalui Gerak Murid mengamati strategi gerak sederhana, menerapkan peraturan untuk mengembangkan bermain sportif, dan mempertunjukkan berbagai peran dengan cara yang terhormat. Mereka belajar untuk menjadi pemain yang sportif, baik saat menjadi pemimpin tim maupun saat menjadi anggota.
Di fase ini, anak-anak mulai memahami konsep peran dalam tim. Mereka belajar bahwa menjadi kiper, penyerang, atau bahkan manajer tim sama pentingnya. Ini adalah wadah untuk mengembangkan kepemimpinan, tanggung jawab, dan empati. Konflik dalam permainan pun menjadi media pembelajaran untuk menyelesaikan masalah secara damai dan sportif.
2.3. Bergaya Hidup Aktif Murid berpartisipasi dalam berbagai aktivitas jasmani dan mengenali manfaat aktivitas jasmani.
Anak-anak kelas 3 dan 4 sudah bisa diajak berdiskusi tentang manfaat spesifik dari aktivitas fisik. Misalnya, bagaimana lari bisa membuat jantung sehat atau bagaimana senam bisa melatih kelenturan tubuh. Mereka juga diajak untuk mencoba berbagai jenis aktivitas, dari olahraga tradisional hingga modern, untuk menemukan minat mereka.
2.4. Memilih Hidup yang Menyehatkan Murid mengenali risiko kesehatan akibat gaya hidup dan berbagai aktivitas jasmani untuk pencegahannya. Mereka juga memahami pola makan sehat dan bergizi seimbang, serta mempraktikkan penanganan cedera ringan sesuai pemahaman tentang prinsip pertolongan pertama.
Literasi kesehatan di Fase B menjadi lebih konkret. Anak-anak mulai dikenalkan pada konsep seperti bahaya terlalu banyak makan makanan manis atau pentingnya minum air yang cukup. Mereka juga diajarkan keterampilan dasar pertolongan pertama, seperti bagaimana cara membersihkan luka kecil atau mengompres bagian tubuh yang terkilir, tentu dengan pengawasan guru.
Unduh Lengkap CP Resmi 2025 Download disini
Kesimpulan: Jembatan Menuju Literasi Jasmani yang Mandiri
Capaian Pembelajaran PJOK 2025 untuk Fase B adalah langkah krusial dalam membentuk generasi yang tidak hanya aktif, tetapi juga mandiri dan bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka. Kurikulum ini menempatkan murid sebagai subjek aktif, bukan lagi objek pasif. Melalui pembelajaran yang terstruktur namun tetap menyenangkan, anak-anak kelas 3 dan 4 SD diajak untuk berpikir, berstrategi, berkolaborasi, dan mengambil keputusan yang sehat.
Guru memiliki peran sentral sebagai fasilitator yang mengarahkan proses pembelajaran. Mereka perlu menciptakan lingkungan yang menantang namun aman, di mana anak-anak bisa bereksperimen dengan gerak dan ide. Bagi orang tua, pemahaman terhadap kurikulum ini akan membantu mereka mendukung perkembangan anak di rumah, misalnya dengan mengajak mereka beraktivitas fisik bersama atau menyediakan makanan bergizi.
Dengan fondasi yang kuat di Fase A dan pendalaman di Fase B, anak-anak Indonesia akan tumbuh menjadi individu yang terliterasi secara jasmani, siap menghadapi tantangan fisik dan kesehatan di masa depan. PJOK 2025 bukan sekadar mata pelajaran, melainkan sebuah investasi jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan berkarakter.