Download Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PENDIDIKAN PANCASILA Kelas 6 Bab 7

Download Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 7: Menjaga Persatuan dan Kesatuan dengan Gotong Royong

kepalasekolah.id – Download Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 7: Menjaga Persatuan dan Kesatuan dengan Gotong Royong. Gotong royong bukan sekadar tradisi, melainkan napas kehidupan bangsa Indonesia yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Nilai luhur inilah yang menjadi inti dari Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 7: Menjaga Persatuan dan Kesatuan dengan Gotong Royong, yang dikembangkan berdasarkan Kurikulum Merdeka 2025. Melalui modul ini, siswa tidak hanya belajar tentang gotong royong sebagai konsep moral, tetapi juga mempraktikkannya langsung dalam kehidupan sekolah.

Pembelajaran pada bab ini dikembangkan dengan prinsip Deep Learning, yaitu pembelajaran yang menggugah pengalaman, melibatkan emosi positif, dan menumbuhkan refleksi diri. Siswa tidak hanya mengetahui arti “gotong royong”, tetapi juga merasakan manfaatnya dalam menjaga persatuan dan kesatuan melalui kegiatan proyek nyata di lingkungan mereka.

Tujuan Pembelajaran: Dari Nilai ke Aksi Nyata

Bab ini bertujuan agar siswa mampu:

  1. Menjelaskan makna dan nilai-nilai dalam gotong royong.

  2. Menghubungkan kegiatan gotong royong dengan persatuan, kesatuan, dan bela negara.

  3. Merencanakan dan melaksanakan proyek gotong royong sederhana di sekolah.

  4. Menunjukkan tanggung jawab serta semangat kerja sama dalam menyelesaikan proyek bersama.

Alokasi waktu untuk modul ini adalah 17 jam pelajaran (4 pertemuan). Setiap pertemuan dirancang agar anak-anak belajar melalui pengalaman langsung — mulai dari memahami filosofi gotong royong hingga melakukan aksi nyata.

Blok 1: Memahami Kekuatan Bersama (Pertemuan 1 – Filosofi Sapu Lidi)

Pembelajaran diawali dengan aktivitas sederhana namun penuh makna: “Filosofi Sapu Lidi.” Guru membawa sebatang lidi dan seikat sapu lidi ke kelas. Siswa diminta mencoba mematahkan satu lidi (mudah), lalu mencoba mematahkan satu ikat sapu lidi (tidak bisa).

Melalui kegiatan ini, anak-anak memahami simbol bahwa persatuan membuat kita kuat, sedangkan perpecahan melemahkan. Guru kemudian mengaitkan analogi tersebut dengan konsep gotong royong.

Diskusi berkembang: “Apa artinya bekerja bersama?” “Bagaimana rasanya jika semua orang di sekolah kita bekerja sama menjaga kebersihan?” Siswa kemudian diajak menyebutkan contoh gotong royong di rumah, di kelas, dan di lingkungan sekitar.

Sebagai penutup, guru memperkenalkan proyek kelas bernama “Sekolahku, Tanggung Jawabku.” Dalam proyek ini, siswa akan bersama-sama menentukan satu kegiatan nyata untuk memperbaiki kondisi lingkungan sekolah. Refleksi sederhana menutup sesi: “Masalah kecil apa yang bisa kita atasi jika kita bekerja bersama?”

Blok 2: Merencanakan Aksi Nyata (Pertemuan 2 dan 3)

Pertemuan 2 – Investigasi Lingkungan

Pada tahap ini, siswa diajak menjadi “detektif lingkungan.” Mereka keluar kelas dan berkeliling sekolah: taman, lapangan, perpustakaan, dan mading. Tugas mereka adalah mencatat masalah yang bisa diperbaiki melalui gotong royong. Misalnya, taman depan kelas yang kurang rapi, tembok yang kusam, atau mading kelas yang kosong.

Setiap kelompok mempresentasikan hasil temuan mereka di depan kelas. Guru menuliskan semua ide di papan tulis, lalu mengajak kelas bermusyawarah untuk memilih satu proyek yang paling relevan dan bisa dilaksanakan bersama. Dari sinilah muncul ide proyek nyata seperti “Mempercantik Taman Kelas”, “Membersihkan Pojok Baca”, atau “Menata Tempat Sampah Sekolah.”

Kegiatan ini mengajarkan demokrasi, kerja sama, dan keterampilan komunikasi. Proses pemilihan proyek dilakukan dengan musyawarah, bukan voting, agar siswa belajar mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

Pertemuan 3 – Menyusun Rencana Aksi

Setelah proyek terpilih, siswa belajar menjadi perencana yang bertanggung jawab. Mereka membentuk beberapa tim sesuai kebutuhan proyek, misalnya:

  • Tim Kebersihan: membersihkan area dan mencabut rumput liar.

  • Tim Penanaman: menanam bunga dan menata tanaman pot.

  • Tim Dekorasi: menghias taman dan membuat papan nama.

  • Tim Dokumentasi: mengambil foto dan video selama proyek berlangsung.

Setiap kelompok menulis rencana kerja: tugas tiap anggota, alat yang dibutuhkan, dan target waktu. Rencana mereka kemudian dipresentasikan di depan kelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu mengarahkan agar rencana tersebut realistis dan adil.

Pertemuan ini memperkuat nilai-nilai collaborative learning — anak-anak belajar berbagi peran, bertanggung jawab, dan menghargai perbedaan kemampuan di antara mereka. Di akhir sesi, kelas menyepakati daftar alat dan bahan yang akan dibawa untuk pertemuan berikutnya.

Blok 3: Pelaksanaan dan Refleksi (Pertemuan 4 – Hari Aksi Gotong Royong)

Inilah puncak dari seluruh rangkaian pembelajaran: Hari Aksi Gotong Royong! Suasana kelas berubah menjadi penuh semangat dan antusiasme. Setiap tim melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai rencana yang telah disusun. Musik penyemangat diputar untuk menambah keceriaan.

Tim Kebersihan bergerak cepat mengumpulkan sampah, Tim Penanaman menyiapkan pot bunga, Tim Dekorasi menempelkan tulisan inspiratif seperti “Bersih Itu Sehat”, sementara Tim Dokumentasi sibuk merekam setiap momen kerja sama itu.

Kegiatan ini bukan hanya latihan kebersihan, tetapi juga latihan kepemimpinan, tanggung jawab, dan kebersamaan. Guru berperan sebagai pengarah dan motivator, memastikan setiap siswa berpartisipasi sesuai kemampuannya.

Setelah pekerjaan selesai, semua berkumpul di sekitar hasil kerja mereka. Guru memandu refleksi dengan pertanyaan bermakna:

“Apa yang membuat pekerjaan ini terasa ringan?”
“Bagaimana perasaan kalian melihat hasil kerja tim?”
“Mengapa bekerja sama bisa membuat semuanya lebih cepat selesai?”

Diskusi ini menumbuhkan kesadaran bahwa gotong royong adalah wujud nyata persatuan dan bela negara. Anak-anak menyadari bahwa menjaga sekolah tetap indah dan bersih merupakan bentuk kecil dari menjaga nama baik bangsa.

Asesmen Otentik: Belajar dari Proses dan Hasil

Dalam bab ini, asesmen dilakukan secara autentik, menilai seluruh proses dari awal hingga akhir:

  • Asesmen Diagnostik: brainstorming awal tentang makna kerja sama dan pengalaman pribadi siswa.

  • Asesmen Formatif: observasi selama musyawarah dan perencanaan proyek dengan rubrik partisipasi, kolaborasi, dan inisiatif.

  • Asesmen Sumatif: menilai hasil proyek berdasarkan kolaborasi, tanggung jawab, dan kualitas hasil kerja.

Guru juga menilai laporan akhir dari Tim Dokumentasi, baik berupa foto, video, atau presentasi yang menggambarkan proses dan hasil kegiatan.

Pengayaan dan Remedial: Semua Anak Bisa Berkontribusi

Siswa yang menunjukkan antusiasme tinggi diberikan pengayaan berupa tugas membuat video pendek berjudul “Kisah Gotong Royong Kelas 6” untuk ditayangkan di depan sekolah atau saat upacara bendera.

Sementara itu, siswa yang masih kesulitan dalam kerja kelompok diberikan pendampingan individual. Guru menugaskan peran spesifik yang mudah dilakukan, seperti menyiapkan alat, mencatat kegiatan, atau membantu tim dekorasi. Setiap kontribusi kecil diapresiasi agar siswa merasa dihargai.

Refleksi Siswa dan Guru

Refleksi menjadi bagian penting dari pembelajaran mendalam.

  • Refleksi Siswa: “Apa bagian paling seru dari proyek ini?” “Apa yang aku pelajari tentang teman-temanku?” “Setelah ini, jika melihat masalah di sekitar, apa yang akan aku lakukan?”

  • Refleksi Guru: Apakah proyek yang dipilih relevan? Apakah semua siswa mendapat kesempatan berkontribusi? Bagaimana proses refleksi membantu mereka memahami makna persatuan dan bela negara?

Refleksi guru dan siswa membantu memastikan bahwa kegiatan ini tidak berhenti pada proyek fisik, melainkan benar-benar membentuk karakter.

Profil Pelajar Pancasila yang Dikembangkan

Bab ini memperkuat beberapa dimensi utama Profil Pelajar Pancasila:

  • Gotong Royong: bekerja sama secara aktif, menghargai kontribusi teman, dan peduli terhadap lingkungan.

  • Mandiri: mengambil peran dan tanggung jawab dalam proyek kelas.

  • Bernalar Kritis: menganalisis masalah di sekitar dan merumuskan solusi nyata.
    Kegiatan ini membentuk pelajar yang bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter kuat dan berjiwa kebangsaan.

Kesimpulan: Gotong Royong, Jiwa Persatuan Bangsa

Melalui Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 7, anak-anak belajar bahwa menjaga persatuan dan kesatuan bukan hanya tugas orang dewasa, tetapi juga tanggung jawab mereka sejak dini.

Proyek sederhana seperti mempercantik taman sekolah mengajarkan nilai yang sangat besar: kerja sama, tanggung jawab, empati, dan cinta tanah air. Dari kegiatan ini, lahir generasi muda yang memahami bahwa bela negara tidak selalu dengan senjata, melainkan dengan tindakan nyata yang menjaga lingkungan, menebar kebaikan, dan memperkuat persatuan.

Inilah hakikat pembelajaran mendalam — ketika nilai Pancasila tidak hanya diajarkan, tetapi dihidupkan melalui pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.

 

Download Modul Pembelajaran Mendalam

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 1

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 2

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 3

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 4

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 5

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 6

Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 7

Scroll to Top