Asesmen Nasional Ukur Karakter Murid dan Kompetensi Kurikulum

Asesmen Nasional Ukur Karakter Murid dan Kompetensi Kurikulum: Ini Alasannya

kepalasekolah.id –  Dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah terus melakukan berbagai inovasi kebijakan. Salah satunya adalah penyelenggaraan Asesmen Nasional (AN) yang menjadi alat ukur penting bagi sekolah, guru, dan murid. Uniknya, asesmen ini tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif seperti literasi dan numerasi, tetapi juga turut mengukur karakter murid.

Mengapa karakter turut diukur dalam Asesmen Nasional? Hal ini berkaitan erat dengan paradigma baru dalam dunia pendidikan yang tidak lagi hanya menilai hasil belajar dari sisi akademik saja. Karakter, nilai, dan sikap sosial-emosional dinilai memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan seorang murid baik di sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar akademik, tetapi juga menangkap hasil belajar sosial-emosional. Ini berarti asesmen tidak hanya melihat seberapa pintar seorang murid memahami pelajaran di buku teks, tetapi juga melihat sejauh mana murid tersebut memiliki nilai-nilai seperti tanggung jawab, empati, kolaborasi, hingga semangat belajar yang tinggi.

Karakter murid diukur untuk mengetahui nilai, keyakinan, sikap, dan perilaku yang diprediksi dapat memengaruhi tindakan serta kinerja murid dalam konteks nyata. Ini menjadi sangat penting karena masa depan tidak hanya ditentukan oleh apa yang diketahui seseorang, tetapi juga oleh bagaimana ia bersikap dan bertindak. Kemampuan bekerja sama dalam tim, kepercayaan diri, rasa ingin tahu, dan daya juang adalah beberapa hal yang sangat dibutuhkan di dunia kerja dan kehidupan sosial.

Selain itu, pendekatan ini menyampaikan pesan penting kepada seluruh satuan pendidikan di Indonesia bahwa proses pembelajaran harus mengembangkan potensi murid secara utuh, tidak terbatas pada aspek intelektual saja. Artinya, sekolah bukan hanya tempat menimba ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi wadah pembentukan kepribadian dan karakter yang kuat.

Lalu bagaimana kaitannya dengan kurikulum?

Asesmen Nasional memang dirancang agar sejalan dengan arah pengembangan kurikulum pendidikan nasional. Fokus AN adalah pada pengukuran kompetensi mendasar atau general capabilities yang dapat diterapkan murid dalam berbagai situasi kehidupan, bukan sekadar menghafal materi kurikulum.

Kompetensi mendasar yang diukur melalui Asesmen Nasional mencakup kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, bernalar, dan menggunakan pengetahuan secara relevan. Ini adalah kemampuan yang tidak bisa hanya dikembangkan lewat hafalan konten, tetapi harus dibangun melalui proses pembelajaran aktif dan lintas disiplin.

Saat ini, pengetahuan faktual sangat mudah diakses oleh siapa saja. Murid bisa mendapatkan informasi dari internet, video pembelajaran, bahkan dari teknologi berbasis kecerdasan buatan. Oleh karena itu, mengetahui saja tidak lagi cukup. Pendidikan di era modern harus mampu mengajarkan bagaimana pengetahuan itu digunakan secara efektif dan etis.

Inilah yang membuat Asesmen Nasional berbeda dari ujian konvensional. Jika sebelumnya evaluasi murid hanya berfokus pada seberapa banyak informasi yang mereka hafal dan kuasai, maka kini arah asesmen bergeser ke kedalaman pemahaman dan kemampuan aplikatif. Dengan kata lain, murid dinilai dari seberapa baik mereka bisa menggunakan informasi yang dimiliki untuk menganalisis, mengevaluasi, serta menyelesaikan masalah nyata.

Karena itulah, kurikulum yang dijalankan di sekolah juga harus mendukung pembentukan kompetensi mendasar ini. Pembelajaran tidak boleh terjebak pada target menyelesaikan silabus, melainkan diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir tinggi dan pembentukan karakter positif.

Asesmen Nasional menjadi alat diagnosis yang penting bagi pemerintah dan sekolah. Hasil dari asesmen ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan satuan pendidikan dalam mengembangkan murid secara menyeluruh. Bukan hanya melihat seberapa tinggi nilai akademik yang dicapai murid, tetapi juga seberapa kuat nilai-nilai karakter yang tertanam.

Dengan hasil ini, sekolah dapat mengevaluasi strategi pembelajaran, memperbaiki metode mengajar, dan merancang program yang lebih tepat sasaran. Guru pun diharapkan dapat memahami bahwa tugas mereka bukan hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menjadi pendidik karakter dan pembimbing sosial-emosional bagi murid.

Perubahan orientasi Asesmen Nasional ini juga memberi pesan penting kepada masyarakat, bahwa pendidikan berkualitas bukan hanya soal nilai rapor atau ranking kelas. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu menyiapkan generasi muda menjadi individu cerdas, mandiri, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman.

Secara keseluruhan, Asesmen Nasional telah membuka jalan baru dalam sistem penilaian pendidikan nasional. Dengan menggabungkan pengukuran aspek kognitif dan non-kognitif, asesmen ini memberikan gambaran yang lebih utuh tentang mutu pendidikan dan potensi murid di Indonesia.

Dalam jangka panjang, diharapkan hasil dari Asesmen Nasional dapat menjadi fondasi kebijakan pendidikan yang lebih relevan dan kontekstual, baik dalam penyusunan kurikulum, pengembangan profesi guru, maupun reformasi sistem evaluasi pendidikan secara nasional.

Pendidikan masa depan Indonesia adalah pendidikan yang holistik, berpusat pada murid, dan mengembangkan seluruh aspek potensi manusia. Dan Asesmen Nasional adalah salah satu langkah besar menuju cita-cita tersebut.

Scroll to Top