Bentuk Soal Asesmen Nasional

Bentuk Soal Asesmen Nasional: Jenis, Jumlah, dan Sistem AKM Adaptif

kepalasekolah.id –  Bentuk Soal Asesmen Nasional: Jenis, Jumlah, dan Sistem AKM Adaptif. Asesmen Nasional (AN) merupakan program evaluasi pendidikan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah yang bertujuan untuk memotret mutu pendidikan di setiap satuan pendidikan. Salah satu komponen penting dari Asesmen Nasional adalah Asesmen Kompetensi Minimum atau AKM, yang dirancang untuk mengukur kemampuan literasi membaca dan numerasi siswa. Untuk melaksanakan evaluasi ini secara komprehensif dan adil, AKM menggunakan berbagai bentuk soal yang telah disesuaikan dengan karakteristik kemampuan siswa di setiap jenjang.

Berikut ini ulasan lengkap mengenai bentuk soal yang digunakan dalam Asesmen Nasional, jumlah soal yang diberikan kepada siswa, dan sistem adaptif yang menjadi ciri khas AKM.

Ragam Bentuk Soal dalam Asesmen Nasional

Asesmen Nasional tidak hanya menggunakan satu jenis soal, tetapi terdiri dari lima bentuk soal berbeda. Kelima bentuk soal ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang kemampuan berpikir siswa, baik secara sederhana maupun kompleks. Berikut penjelasan lengkapnya:

  1. Pilihan Ganda
    Ini adalah bentuk soal yang paling umum digunakan dalam berbagai asesmen. Dalam pilihan ganda, siswa diminta untuk memilih satu jawaban yang paling benar dari beberapa opsi yang disediakan. Bentuk soal ini menguji kemampuan memahami bacaan atau konsep numerasi secara langsung dan efisien.

  2. Pilihan Ganda Kompleks
    Berbeda dari pilihan ganda biasa, soal jenis ini memungkinkan siswa memilih lebih dari satu jawaban yang benar dalam satu pertanyaan. Model ini menguji kemampuan siswa untuk mengidentifikasi lebih dari satu elemen informasi penting dari suatu bacaan atau soal numerik.

  3. Menjodohkan
    Dalam soal menjodohkan, siswa akan diberikan dua kolom berisi pertanyaan dan jawaban yang perlu dicocokkan. Siswa harus menarik garis atau menghubungkan pasangan yang sesuai. Soal ini sangat berguna untuk menguji pemahaman konsep dan hubungan antar informasi.

  4. Isian Singkat
    Soal ini meminta siswa menjawab dengan satu kata, angka, atau frasa pendek. Isian singkat biasanya digunakan untuk menguji penguasaan fakta, nama benda, tempat, angka, atau jawaban yang bersifat pasti dan tidak membutuhkan penalaran panjang.

  5. Uraian
    Bentuk soal uraian memerlukan siswa untuk menyusun jawaban dalam bentuk kalimat atau paragraf pendek. Soal jenis ini dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan menyampaikan ide secara tertulis. Jawaban siswa dievaluasi berdasarkan kejelasan, ketepatan, dan kelengkapan argumen atau penjelasan yang disampaikan.

Dengan beragamnya bentuk soal tersebut, AKM memberikan ruang kepada siswa untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam berbagai cara, tidak terbatas pada hafalan, namun lebih menekankan pada pemahaman konsep dan kemampuan bernalar.

Jumlah Soal yang Dikerjakan Siswa

Setiap jenjang pendidikan mendapatkan jumlah soal yang berbeda sesuai tingkat kematangan berpikir dan waktu pelaksanaan asesmen. Berikut pembagian jumlah soal yang diberikan kepada siswa dalam Asesmen Nasional:

  • Siswa Kelas V (SD/MI):
    Akan mengerjakan 30 soal untuk masing-masing kompetensi, yaitu literasi membaca dan numerasi. Artinya, total soal yang harus dikerjakan adalah 60 soal.

  • Siswa Kelas VIII (SMP/MTs) dan XI (SMA/MA/SMK):
    Siswa jenjang ini akan mengerjakan 36 soal untuk masing-masing literasi membaca dan numerasi, dengan total sebanyak 72 soal.

Jumlah soal tersebut telah dirancang agar dapat diselesaikan dalam waktu yang efektif tanpa membuat siswa terbebani secara berlebihan, sekaligus tetap memastikan hasil yang diperoleh mencerminkan kemampuan sesungguhnya.

Sistem AKM Adaptif: Soal Sesuai Kemampuan Siswa

Salah satu keunggulan utama dari AKM adalah penerapan sistem tes adaptif. Sistem ini memastikan bahwa setiap siswa akan mendapatkan soal yang sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing. Bagaimana cara kerjanya?

Saat siswa mulai menjawab soal pertama, sistem akan mencatat respons mereka. Jika siswa menjawab benar, maka soal selanjutnya akan memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika siswa salah menjawab, sistem akan memberikan soal yang lebih mudah. Dengan cara ini, soal yang diberikan secara dinamis disesuaikan dengan performa siswa secara real time.

Keunggulan sistem adaptif ini adalah:

  • Lebih adil, karena siswa tidak dibandingkan secara langsung dengan siswa lain, melainkan dinilai berdasarkan kemampuannya sendiri.

  • Lebih akurat, karena hasil asesmen mencerminkan kemampuan aktual siswa tanpa terlalu dipengaruhi oleh soal yang terlalu sulit atau terlalu mudah.

  • Lebih efektif, karena siswa tidak merasa frustasi dengan soal yang tidak sesuai kemampuannya, sehingga mengurangi tekanan selama asesmen berlangsung.

Tujuan dan Manfaat Bentuk Soal AKM

Beragam bentuk soal dalam Asesmen Nasional dirancang tidak hanya untuk menilai hasil belajar semata, tetapi juga untuk memotret proses berpikir siswa. Setiap bentuk soal memiliki fungsi tertentu yang secara keseluruhan saling melengkapi dalam menilai:

  • Pemahaman dasar hingga tinggi

  • Kemampuan menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata

  • Kemampuan menyampaikan ide dan solusi secara tertulis

Penting juga dipahami bahwa soal-soal AKM tidak menguji penguasaan materi spesifik dari kurikulum, melainkan mengukur kompetensi minimum yang dibutuhkan oleh semua siswa, seperti kemampuan membaca dengan pemahaman dan bernalar dengan angka dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pelaksanaan AKM tidak hanya menjadi alat evaluasi, tetapi juga pendorong perubahan pembelajaran yang lebih bermakna dan berpusat pada siswa.

Kesimpulan

Bentuk soal dalam Asesmen Nasional mencerminkan perubahan paradigma dalam evaluasi pendidikan di Indonesia. Dengan menggabungkan berbagai bentuk soal—pilihan ganda, pilihan ganda kompleks, menjodohkan, isian singkat, dan uraian—serta sistem tes adaptif yang menyesuaikan dengan kemampuan siswa, AKM menjadi alat evaluasi yang lebih adil, akurat, dan relevan.

Siswa kelas V mengerjakan 30 soal untuk tiap kompetensi, sedangkan kelas VIII dan XI mengerjakan 36 soal. Setiap siswa mendapat soal yang berbeda tergantung respons mereka, menjadikan asesmen ini personal dan tidak lagi bersifat seragam.

Transformasi ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendorong perbaikan mutu pendidikan melalui asesmen yang tidak semata-mata menguji hafalan, namun juga membangun kemampuan berpikir kritis, bernalar, dan berkomunikasi secara efektif. Maka dari itu, pemahaman terhadap bentuk soal Asesmen Nasional sangat penting bagi siswa, guru, dan seluruh ekosistem pendidikan untuk menyambut sistem penilaian yang lebih inklusif dan berorientasi pada kemajuan belajar.

Scroll to Top