kepalasekolah.id – Download Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 2: Mengamalkan Pancasila untuk Kebahagiaan Bersama. Pancasila bukan sekadar dasar negara yang dihafalkan dalam upacara, melainkan panduan hidup yang mengarahkan cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Inilah pesan utama dari Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 2: “Mengamalkan Pancasila untuk Kebahagiaan Bersama” yang diterbitkan Kemendikbudristek untuk Tahun Ajaran 2025/2026.
Bab ini dirancang agar peserta didik memahami tiga fungsi utama Pancasila secara utuh—sebagai dasar negara, pandangan hidup, dan ideologi bangsa—melalui serangkaian kegiatan pembelajaran mendalam (Deep Learning) yang berorientasi pada pengalaman konkret, eksperimen, dan refleksi bermakna.
Daftar Isi
- 1 Membawa Anak dari Abstrak ke Konkret
- 2 Blok 1: Membangun Fondasi dan Cara Pandang
- 3 Blok 2: Menentukan Arah dan Cita-Cita
- 4 Pembelajaran Mendalam: Eksperimen, Analogi, dan Refleksi
- 5 Asesmen Otentik dan Pengayaan
- 6 Refleksi: Belajar Pancasila Melalui Pengalaman
- 7 Kesimpulan: Mengamalkan Pancasila dengan Cara yang Menyenangkan
Membawa Anak dari Abstrak ke Konkret
Salah satu tantangan terbesar dalam mengajarkan Pancasila di sekolah dasar adalah bagaimana menjembatani konsep-konsep yang abstrak dengan pengalaman nyata anak. Dalam Bab 2 ini, guru diberi panduan untuk menggunakan analogi dan eksperimen sederhana agar siswa dapat memahami makna mendalam dari Pancasila dengan cara yang menyenangkan.
Peserta didik diajak untuk bereksperimen, berdiskusi, dan membuat karya yang menggambarkan bagaimana Pancasila berperan dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya berhenti pada pengetahuan teoretis, tetapi benar-benar melatih anak untuk berpikir, merasakan, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Modul ini berlandaskan filosofi Deep Learning dalam Kurikulum Merdeka, yang menekankan keterhubungan antara konsep, konteks, dan karakter. Anak-anak tidak hanya mengetahui “apa itu Pancasila”, tetapi memahami “mengapa Pancasila penting” dan “bagaimana menerapkannya dalam tindakan sehari-hari”.
Blok 1: Membangun Fondasi dan Cara Pandang
Bagian pertama modul ini berfokus pada dua fungsi awal Pancasila: sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup bangsa.
Pertemuan pertama dimulai dengan eksperimen sederhana tentang Pancasila sebagai dasar negara. Siswa diminta membangun menara dari balok kayu atau lego dan mengamati apa yang terjadi ketika fondasinya lemah. Melalui kegiatan ini, anak belajar bahwa sebuah bangunan tidak akan berdiri kokoh tanpa dasar yang kuat—begitu pula dengan sebuah negara yang tanpa Pancasila akan mudah goyah.
Aktivitas ini menjadi simbol konkret bagi pemahaman mereka tentang peran Pancasila sebagai dasar negara. Refleksi di akhir kegiatan mengajak siswa berpikir, “Apa yang akan terjadi jika sekolah tidak memiliki dasar aturan?” Pertanyaan ini membantu mereka menghubungkan konsep abstrak dengan situasi nyata.
Pada pertemuan kedua, tema berpindah ke Pancasila sebagai pandangan hidup. Guru menggunakan analogi “kacamata berwarna” untuk menggambarkan bagaimana Pancasila memengaruhi cara kita melihat dunia. Siswa menggunakan kacamata dari plastik mika berwarna untuk melihat objek, lalu mendiskusikan bagaimana warna memengaruhi persepsi mereka terhadap gambar.
Dari sini, mereka memahami bahwa “kacamata Pancasila” berarti memandang kehidupan dengan nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan. Guru mengarahkan diskusi dengan pertanyaan reflektif seperti, “Jika kamu memakai kacamata Pancasila, bagaimana kamu bersikap ketika melihat temanmu kesulitan?”
Pendekatan seperti ini menghadirkan joyful learning yang sarat makna—anak tidak hanya belajar dari teks, tetapi dari pengalaman langsung.
Blok 2: Menentukan Arah dan Cita-Cita
Blok kedua membawa siswa memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa melalui analogi perjalanan mencapai cita-cita. Guru menampilkan gambar peta, kompas, dan tujuan (misalnya puncak gunung), kemudian mengarahkan siswa untuk berpikir: “Bangsa Indonesia juga memiliki cita-cita luhur—keadilan dan kemakmuran bersama. Agar tidak tersesat, kita butuh penunjuk arah, yaitu Pancasila.”
Kegiatan berikutnya mendorong siswa membuat poster bertema “Cita-Citaku dan Pancasila”, di mana mereka menggambarkan impian mereka serta nilai-nilai Pancasila yang dapat menuntun mereka meraihnya. Misalnya, anak yang bercita-cita menjadi dokter menuliskan pentingnya nilai kemanusiaan dan gotong royong.
Pertemuan terakhir diakhiri dengan kegiatan kreatif “Rumah Pancasila-ku”. Siswa menggambar atau menulis cerita yang menggabungkan tiga fungsi Pancasila: sebagai fondasi, cara pandang, dan arah hidup. Karya mereka dipajang dalam kegiatan gallery walk, membangun rasa bangga dan kebersamaan antar peserta didik.
Pembelajaran Mendalam: Eksperimen, Analogi, dan Refleksi
Pendekatan Deep Learning dalam modul ini tidak hanya terlihat pada aktivitas belajar, tetapi juga pada pola berpikir yang dibangun. Guru menuntun siswa untuk menemukan sendiri makna dari setiap fungsi Pancasila melalui proses eksplorasi dan refleksi.
Kegiatan seperti membangun menara, memakai kacamata warna, atau membaca peta bukanlah permainan semata. Semua kegiatan tersebut dirancang untuk menanamkan pemahaman yang berlapis: dari pengalaman konkret menuju pemaknaan abstrak.
Siswa tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi diajak merenung:
-
Mengapa bangsa butuh dasar?
-
Bagaimana pandangan hidup bisa mengarahkan perilaku kita?
-
Mengapa ideologi penting untuk mencapai cita-cita bersama?
Refleksi seperti ini memperkuat ranah afektif siswa, membentuk karakter yang selaras dengan Profil Pelajar Pancasila: beriman, mandiri, bernalar kritis, kreatif, dan gotong royong.
Asesmen Otentik dan Pengayaan
Evaluasi dalam Bab 2 menggunakan asesmen otentik berbasis proses dan produk.
-
Asesmen Diagnostik: guru menanyakan pemahaman awal siswa tentang konsep “dasar”, “pandangan”, dan “tujuan”.
-
Asesmen Formatif: dilakukan melalui observasi selama eksperimen dan diskusi kelompok.
-
Asesmen Sumatif: menilai karya kreatif siswa seperti poster dan cerita Rumah Pancasila-ku menggunakan rubrik yang mengukur ketepatan konsep dan kreativitas penyajian.
Sementara itu, pengayaan diberikan bagi siswa yang cepat memahami, berupa tugas menganalisis berita atau peristiwa nyata dan menemukan nilai-nilai Pancasila di dalamnya.
Untuk remedial, guru mengulang analogi atau eksperimen dengan bimbingan lebih intensif menggunakan contoh konkret yang dekat dengan kehidupan anak.
Refleksi: Belajar Pancasila Melalui Pengalaman
Salah satu kekuatan modul ini terletak pada kegiatan reflektif yang diberikan di akhir setiap pertemuan.
Anak-anak diajak menjawab pertanyaan seperti:
-
“Analogi mana yang paling membantuku memahami Pancasila?”
-
“Mengapa penting bagi bangsa Indonesia memiliki Pancasila?”
-
“Sikap apa yang akan kulakukan sebagai wujud pengamalan Pancasila?”
Refleksi semacam ini membentuk kesadaran batin bahwa Pancasila bukan hanya bahan ajar, melainkan nilai hidup yang menggerakkan tindakan.
Kesimpulan: Mengamalkan Pancasila dengan Cara yang Menyenangkan
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 2 menghadirkan pembelajaran yang memadukan logika, kreativitas, dan pengalaman langsung. Melalui kegiatan eksperimen, diskusi, dan karya kreatif, siswa belajar memahami peran Pancasila dari berbagai sudut pandang: sebagai dasar negara yang kokoh, pandangan hidup yang membimbing, dan ideologi yang mengarahkan cita-cita bangsa.
Lebih dari sekadar pelajaran moral, modul ini mengajarkan cara berpikir reflektif dan berkarakter. Dengan pembelajaran yang mendalam, bermakna, dan menyenangkan, anak-anak tidak hanya mengetahui Pancasila—mereka mengamalkan Pancasila untuk kebahagiaan bersama.
Download Modul Pembelajaran Mendalam
Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 1
Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 2
Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 3
Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 4
Pendidikan Pancasila Kelas 6 Bab 5