kepalasekolah.id – Peringati 5 Desember! Tanah sehat adalah kunci pangan. Simak 3 ancaman utama terhadap tanah (erosi, polusi) dan peran pelajar dalam konservasi sumber daya vital ini.
I. Pendahuluan: Sumber Kehidupan di Bawah Kaki Kita
Setiap tanggal 5 Desember, dunia merayakan Hari Tanah Sedunia (World Soil Day). Peringatan yang diinisiasi oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tanah yang sehat dan berkelanjutan bagi kelangsungan hidup manusia.
Bagi sebagian besar pelajar di perkotaan, tanah hanyalah “kotoran” atau media tanam di pot. Padahal, tanah adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan dalam skala waktu manusia. Diperlukan ribuan tahun untuk membentuk satu sentimeter lapisan tanah atas, namun kita bisa merusaknya hanya dalam hitungan dekade.
Kualitas tanah secara langsung menentukan Ketahanan Pangan kita. Jika tanah sakit, pangan pun terancam. Oleh karena itu, edukasi tentang tanah harus menjadi bagian penting dari literasi lingkungan di sekolah.
II. Tiga Ancaman Besar terhadap Tanah Global
Tanah di seluruh dunia, termasuk Indonesia, menghadapi ancaman serius yang harus dipahami oleh generasi muda:
- Erosi dan Degradasi
Penggunaan lahan yang tidak tepat (misalnya: deforestasi di lereng bukit) menyebabkan lapisan tanah atas yang subur mudah terbawa oleh air dan angin (erosi). Ketika tanah terdegradasi, kemampuannya menahan air dan menyediakan nutrisi bagi tanaman akan hilang, berujung pada gagal panen.
- Polusi Kimia dan Limbah
Tanah sering menjadi tempat pembuangan akhir bagi polusi dari kegiatan industri, pertanian (pestisida berlebihan), dan rumah tangga (sampah plastik). Polusi ini tidak hanya meracuni tanah, tetapi juga dapat meresap ke dalam air tanah dan akhirnya masuk ke rantai makanan yang kita konsumsi.
- Perubahan Iklim
Kenaikan suhu dan pola curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim memperburuk masalah tanah. Kekeringan panjang membuat tanah menjadi kering dan keras, sementara hujan deras memicu erosi hebat.
III. Peran Pelajar dalam Konservasi Tanah
Meskipun terdengar seperti masalah besar yang hanya ditangani pemerintah atau petani, pelajar memiliki peran signifikan dalam menjaga kesehatan tanah:
- Praktik Pertanian Sederhana di Sekolah
- Kompos: Pelajar dapat mengolah sampah organik di sekolah menjadi kompos. Kompos adalah “vitamin” terbaik bagi tanah karena meningkatkan kandungan organik dan kesuburannya.
- Biopori: Membuat lubang resapan biopori di area sekolah untuk meningkatkan kemampuan tanah menyerap air hujan, mengurangi genangan, dan mencegah erosi lokal.
- Konsumsi yang Bertanggung Jawab
Pelajar harus dididik untuk memilih produk pertanian yang dihasilkan secara berkelanjutan (misalnya, yang tidak menggunakan pestisida berlebihan). Mengurangi sampah plastik juga berarti mengurangi potensi polusi mikroplastik yang merusak struktur tanah.
- Literasi dan Advokasi Lingkungan
Menggunakan media sosial dan platform sekolah untuk menyebarkan fakta tentang pentingnya tanah. Pelajar dapat menjadi duta lingkungan yang mengadvokasi praktik konservasi di tingkat keluarga dan komunitas.
IV. Penutup: Menjaga Warisan Alam
Tanah adalah warisan yang kita pinjam dari generasi mendatang. Dengan memahami krisis tanah dan mengambil tindakan sederhana di sekitar kita, pelajar tidak hanya belajar Geografi atau Biologi, tetapi juga mempraktikkan kewarganegaraan yang bertanggung jawab.
Selamat Hari Tanah Sedunia! Satu Sentimeter Tanah Sehat Hari Ini, Menjamin Pangan untuk Masa Depan!
📚 Sumber Informasi
- FAO (Food and Agriculture Organization) dan PBB (Kampanye Hari Tanah Sedunia).
- Kementerian Pertanian RI (Data Degradasi Lahan dan Pangan).
- Jurnal Ekologi dan Lingkungan Hidup terkait erosi dan polusi tanah.
