kepalasekolah.id – Juknis Maca Geguritan FTBI 2025: Panduan Lengkap Lomba Membaca Puisi Jawa Modern. Menyadari potensi besar geguritan dalam memantik minat generasi muda terhadap bahasa dan sastra Jawa, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah secara konsisten menyertakan lomba Membaca Geguritan (Maca Geguritan) sebagai salah satu mata lomba kunci dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025. Lomba ini tidak hanya menguji kemampuan siswa dalam membaca teks, tetapi juga menantang mereka untuk menyelami makna, mengekspresikan emosi, dan menyampaikan pesan puisi secara efektif. Artikel ini akan mengupas tuntas petunjuk teknis (juknis) lomba Maca Geguritan FTBI 2025, memberikan panduan komprehensif bagi para calon peserta, pendamping, maupun pecinta sastra Jawa.
Mengapa Lomba Maca Geguritan Penting untuk Generasi Muda?
Lomba Maca Geguritan di FTBI 2025 memiliki beberapa alasan mendasar mengapa ia menjadi krusial dalam upaya pelestarian bahasa dan sastra Jawa:
- Meningkatkan Apresiasi Sastra: Membaca geguritan melatih siswa untuk mengapresiasi keindahan bahasa, diksi, dan gaya bahasa dalam puisi Jawa. Ini membuka wawasan mereka terhadap bentuk sastra yang berbeda dari prosa.
- Mengembangkan Keterampilan Berbahasa: Melalui geguritan, siswa diasah kemampuan artikulasi, intonasi, dan pelafalan bahasa Jawa yang benar dan estetis.
- Melatih Daya Ekspresi dan Penghayatan: Geguritan seringkali sarat makna dan emosi. Lomba ini mendorong siswa untuk berlatih mengekspresikan diri dan menghayati isi puisi, yang sangat penting untuk pengembangan kecerdasan emosional.
- Menumbuhkan Rasa Percaya Diri: Tampil membaca puisi di depan umum membutuhkan keberanian dan percaya diri. Lomba ini menjadi ajang yang sangat baik untuk melatih kemampuan berbicara di depan publik.
- Mengenalkan Sastra Jawa Modern: Geguritan sebagai bentuk puisi modern dapat menjadi jembatan bagi siswa untuk lebih mengenal dan mencintai sastra Jawa secara keseluruhan, sebelum mungkin mendalami bentuk-bentuk sastra yang lebih kompleks.
- Memperkaya Kosakata Bahasa Jawa: Melalui teks geguritan, siswa akan terpapar dengan berbagai kosa kata dan frasa bahasa Jawa yang mungkin jarang mereka temui dalam percakapan sehari-hari.
Juknis Lomba Maca Geguritan FTBI 2025: Detail Penting untuk Peserta
Untuk memastikan kelancaran dan keadilan dalam pelaksanaan lomba Maca Geguritan, Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah telah menyusun juknis yang detail dan komprehensif. Pemahaman akan juknis ini adalah kunci keberhasilan bagi setiap peserta.
1. Materi Geguritan: Naskah Disediakan Panitia Salah satu aspek penting yang membedakan lomba Maca Geguritan dari lomba menulis cerkak atau mendongeng adalah bahwa naskah geguritan akan sepenuhnya disediakan oleh panitia. Ini berarti peserta tidak perlu membuat karya sendiri, melainkan fokus pada interpretasi dan penyajian.
- Akses Materi: Panitia telah menyiapkan naskah geguritan yang dapat diunduh oleh peserta dari tautan resmi: https://s.id/MateriGeguritan2025. Peserta diwajibkan untuk mengunduh dan mempelajari naskah ini jauh-jauh hari sebelum lomba. Mempelajari naskah yang sama memastikan keseragaman materi dan fokus pada kualitas pembacaan.
2. Ketentuan Penampilan dan Aturan Tambahan:
- Tanpa Properti atau Alat Musik: Peserta tidak diperkenankan menggunakan properti dalam bentuk apa pun saat membacakan geguritan. Selain itu, penggunaan alat musik atau alat pengiring lainnya, baik yang dimainkan sendiri maupun oleh pihak lain, juga dilarang. Ini menekankan kemurnian vokal, ekspresi, dan kemampuan interpretasi personal peserta.
- Tanpa Pelantang (Mikrofon): Sama seperti lomba Nembang Macapat, peserta lomba Maca Geguritan juga tidak diizinkan menggunakan pelantang atau mikrofon. Aturan ini menuntut peserta untuk memiliki proyeksi suara yang baik dan artikulasi yang jelas agar dapat terdengar oleh juri dan penonton.
3. Kriteria Penilaian: Tiga Pilar Utama (Wicara, Wirasa, Wiraga) Penilaian dalam lomba Maca Geguritan FTBI 2025 didasarkan pada tiga komponen utama yang mewakili aspek vokal, penghayatan, dan penampilan. Setiap aspek memiliki bobot yang sama, yaitu 30% untuk wicara dan wiraga, serta 40% untuk wirasa, total 100%.
- Wicara (30%): Aspek Vokal dan Artikulasi
- Kejelasan Artikulasi: Kemampuan peserta dalam melafalkan setiap huruf, kata, dan kalimat dalam geguritan dengan jelas dan tepat. Setiap suara harus terdengar bersih dan tidak samar.
- Ketepatan Intonasi: Penggunaan nada bicara yang sesuai dengan isi geguritan. Intonasi yang naik turun secara tepat akan membuat pembacaan lebih hidup dan mudah dipahami. Misalnya, intonasi untuk pertanyaan, seruan, atau pernyataan harus dibedakan.
- Kesesuaian Tempo dan Irama: Kecepatan membaca yang sesuai dan alunan irama yang harmonis dengan puisi. Terlalu cepat atau terlalu lambat dapat mengurangi dampak geguritan.
- Kekuatan Vokal/Proyeksi Suara: Kemampuan memproyeksikan suara agar terdengar jelas tanpa bantuan mikrofon. Ini melibatkan teknik pernapasan yang benar dan resonansi yang baik.
- Wirasa (40%): Aspek Penghayatan dan Emosi
- Pemahaman Isi Geguritan: Sejauh mana peserta memahami makna dan pesan yang terkandung dalam geguritan. Pemahaman ini akan tercermin dalam cara mereka membawakan puisi.
- Penjiwaan dan Ekspresi Emosi: Kemampuan peserta dalam mengekspresikan emosi yang sesuai dengan isi geguritan. Misalnya, jika geguritan bernada sedih, ekspresi kesedihan harus terasa; jika bernada gembira, kegembiraan harus terpancar. Ini melibatkan penggunaan mimik wajah, jeda, dan tekanan suara.
- Penyampaian Makna: Kemampuan untuk “menyampaikan” geguritan kepada pendengar sehingga mereka juga dapat merasakan dan memahami pesan puisi tersebut. Ini adalah inti dari penghayatan.
- Wiraga (30%): Aspek Penampilan Fisik
- Sikap Tubuh/Gestur: Postur tubuh yang tegap, tidak kaku, dan gestur tangan atau tubuh yang natural dan tidak berlebihan. Gerakan harus mendukung makna puisi, bukan mengalihkan perhatian.
- Mimik Wajah: Ekspresi wajah yang sesuai dengan emosi dan isi geguritan. Kontak mata dengan juri atau penonton juga penting untuk membangun koneksi.
- Keserasian Penampilan: Keseluruhan penampilan yang rapi dan sesuai dengan suasana lomba. Meskipun tidak ada aturan busana khusus yang disebutkan di bagian Geguritan (tidak seperti Nembang Macapat), mengenakan pakaian yang sopan dan nyaman akan mendukung performa.
Strategi Persiapan Optimal untuk Peserta Lomba Maca Geguritan
Dengan pemahaman mendalam tentang juknis dan kriteria penilaian, peserta dapat merancang strategi persiapan yang efektif:
- Unduh dan Pahami Naskah Secara Menyeluruh: Ini adalah langkah pertama dan terpenting. Jangan hanya membaca, tetapi pelajari setiap kata, frasa, dan bait. Cari tahu makna dari setiap diksi yang digunakan.
- Analisis Isi dan Emosi Geguritan: Tentukan tema utama, pesan yang ingin disampaikan, dan emosi yang terkandung dalam geguritan tersebut (misalnya, kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, harapan, dll.). Ini akan menjadi dasar untuk penghayatan.
- Latih Artikulasi dan Intonasi: Bacalah geguritan berulang kali dengan suara lantang. Rekam suara Anda dan dengarkan kembali untuk mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki dalam hal kejelasan pelafalan dan penempatan intonasi. Latih jeda yang tepat.
- Proyeksi Suara Tanpa Mikrofon: Latih kontrol pernapasan (pernapasan diafragma) untuk menghasilkan suara yang kuat dan stabil tanpa perlu berteriak. Proyeksikan suara Anda seolah-olah Anda berbicara kepada seseorang di ujung ruangan.
- Kembangkan Penghayatan (Wirasa): Latih ekspresi wajah dan tubuh yang natural. Cobalah untuk merasakan emosi yang ingin disampaikan oleh geguritan. Baca di depan cermin untuk melihat bagaimana mimik dan gestur Anda terlihat.
- Lakukan Simulasi Penampilan: Berdiri di depan cermin atau minta teman/keluarga menjadi penonton. Lakukan penampilan lengkap, dari awal hingga akhir, seolah-olah Anda sedang di panggung lomba. Minta umpan balik yang jujur.
- Jaga Kesehatan Fisik dan Vokal: Istirahat yang cukup, minum air yang banyak, dan hindari makanan atau minuman yang dapat mengganggu tenggorokan. Vokal yang prima adalah aset utama dalam lomba ini.
Kesimpulan: Merayakan Ekspresi Diri Melalui Geguritan
Lomba Maca Geguritan di Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 adalah sebuah kesempatan emas bagi siswa SD dan SMP di Jawa Tengah untuk tidak hanya mengasah kemampuan berbahasa Jawa, tetapi juga untuk mengeksplorasi bakat seni dan ekspresi diri mereka. Melalui ketiga pilar penilaian—wicara, wirasa, dan wiraga—lomba ini mendorong peserta untuk menjadi pembaca puisi yang tidak hanya fasih, tetapi juga penuh penghayatan dan mampu menyampaikan pesan geguritan dengan kuat.
Dengan adanya juknis yang jelas dan materi yang terstandardisasi, diharapkan setiap peserta memiliki kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Lomba ini bukan hanya tentang memenangkan piala, tetapi lebih jauh lagi, tentang menumbuhkan kecintaan yang mendalam terhadap sastra Jawa modern dan memastikan bahwa geguritan akan terus hidup dan menginspirasi generasi-generasi mendatang. Mari bersama-sama mendukung upaya pelestarian bahasa dan sastra Jawa melalui partisipasi aktif dalam FTBI 2025, khususnya dalam ajang Maca Geguritan yang memukau ini.