kepalasekolah.id – Contoh Praktik Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis HOTS untuk Siswa SMK: Strategi, Aktivitas, dan Asesmen. Penerapan pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills) dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu fokus penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan Capaian Pembelajaran (CP) tahun 2025.
Siswa SMK tidak hanya diharapkan mampu memahami struktur bahasa atau kosakata, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengkomunikasikan ide secara efektif dalam konteks profesional. Kompetensi ini sangat penting agar lulusan SMK dapat beradaptasi di dunia kerja global yang dinamis dan digital.
Sayangnya, hasil kajian Kemendikbudristek (2024) menunjukkan bahwa sebagian besar pembelajaran Bahasa Inggris di SMK masih bersifat konvergen—berpusat pada hafalan, bukan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi. Di sinilah pembelajaran berbasis HOTS menjadi relevan dan mendesak untuk diterapkan secara sistematis di kelas.
Daftar Isi
- 1
- 2 Konsep Dasar HOTS dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
- 3
- 4 Keterkaitan HOTS dengan Capaian Pembelajaran (CP) Bahasa Inggris SMK 2025
- 5
- 6 Strategi Pembelajaran HOTS untuk Bahasa Inggris di SMK
- 7
- 8 Contoh Praktik Pembelajaran HOTS di Kelas Bahasa Inggris SMK
- 9 Peran Guru dalam Mendorong HOTS
- 10 Asesmen Autentik dalam Pembelajaran HOTS
- 11
- 12 Kendala dan Solusi di Lapangan
- 13
- 14 Kesimpulan
Konsep Dasar HOTS dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
HOTS atau Higher Order Thinking Skills mengacu pada kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mencakup analisis, evaluasi, dan kreasi (Anderson & Krathwohl, 2001). Dalam konteks pembelajaran Bahasa Inggris, HOTS membantu siswa untuk:
-
Menganalisis informasi dari teks, percakapan, atau situasi autentik.
-
Mengevaluasi kebenaran atau keefektifan suatu ide atau argumen.
-
Menciptakan karya baru dalam bentuk teks, percakapan, atau proyek digital.
Kurikulum Merdeka menekankan bahwa capaian pembelajaran Bahasa Inggris di SMK tidak hanya menargetkan kemampuan komunikatif, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang mendukung kompetensi kejuruan. Dengan demikian, penerapan HOTS harus menjadi bagian integral dalam setiap tahap pembelajaran: perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
Keterkaitan HOTS dengan Capaian Pembelajaran (CP) Bahasa Inggris SMK 2025
Berdasarkan dokumen CP Bahasa Inggris Kemendikbudristek 2025, capaian utama yang relevan dengan pengembangan HOTS mencakup:
-
Kemampuan memahami dan menafsirkan teks autentik (analisis).
-
Kemampuan berpendapat dan menilai gagasan secara kritis (evaluasi).
-
Kemampuan menciptakan produk komunikasi dalam konteks profesional (kreasi).
Tabel berikut menunjukkan hubungan antara level HOTS dan aktivitas pembelajaran Bahasa Inggris di SMK:
| Level HOTS | Tujuan CP Bahasa Inggris SMK | Contoh Aktivitas |
|---|---|---|
| Analisis | Siswa mampu mengidentifikasi informasi penting dalam teks atau percakapan profesional | Analisis teks iklan pekerjaan, percakapan bisnis, atau instruksi kerja |
| Evaluasi | Siswa dapat menilai efektivitas komunikasi dan memberikan tanggapan kritis | Memberi umpan balik terhadap surat lamaran atau email bisnis |
| Kreasi | Siswa mampu membuat karya komunikasi profesional yang efektif dan inovatif | Membuat video presentasi produk, CV digital, atau brosur promosi dalam Bahasa Inggris |
Pendekatan berbasis HOTS mendorong siswa untuk tidak hanya menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana berpikir dan berkreasi sesuai bidang keahlian mereka.
Strategi Pembelajaran HOTS untuk Bahasa Inggris di SMK
Agar HOTS dapat berkembang optimal, guru perlu merancang kegiatan pembelajaran yang menantang siswa untuk berpikir lebih dalam dan kreatif. Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
1. Problem-Based Learning (PBL)
Model ini mendorong siswa untuk memecahkan masalah nyata dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat komunikasi. Misalnya, siswa program keahlian “Perhotelan” diberi tugas merancang solusi terhadap keluhan tamu hotel dalam Bahasa Inggris. Aktivitas ini melatih kemampuan analisis dan komunikasi profesional.
2. Project-Based Learning (PjBL)
Dalam pendekatan ini, siswa diminta menyelesaikan proyek yang menghasilkan produk nyata. Contoh: siswa jurusan “Teknik Komputer dan Jaringan” membuat video tutorial troubleshooting komputer dalam Bahasa Inggris. Proses ini mengintegrasikan keterampilan menulis skrip, berbicara, dan berpikir kreatif.
3. Task-Based Language Teaching (TBLT)
Model TBLT menekankan penyelesaian tugas berbasis bahasa. Misalnya, siswa diminta menulis surat penawaran kerja sama atau membuat laporan kegiatan praktik industri. Guru dapat memandu siswa untuk menganalisis struktur bahasa, menilai keefektifan kalimat, lalu menciptakan versi yang lebih baik.
4. Collaborative Learning
Kerja kelompok dengan peran berbeda dapat menumbuhkan tanggung jawab dan kemampuan berpikir reflektif. Contoh: kelompok siswa menganalisis teks iklan berbahasa Inggris dan menilai aspek persuasifnya, lalu membuat versi iklan baru yang lebih menarik.
5. Digital Literacy Integration
Siswa diajak menggunakan platform digital seperti Canva, Padlet, atau Google Sites untuk membuat portofolio karya Bahasa Inggris. Ini tidak hanya mengasah keterampilan bahasa, tetapi juga kemampuan berpikir kritis dalam memilih dan menyusun informasi.
Contoh Praktik Pembelajaran HOTS di Kelas Bahasa Inggris SMK
Untuk memperjelas penerapannya, berikut contoh praktik nyata pembelajaran HOTS di SMK yang bisa diadaptasi oleh guru:
Studi Kasus: Membuat Kampanye Produk Lokal
Kelas: XI Pemasaran SMK
Topik: “Promoting Local Products”
Tujuan: Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menggunakan Bahasa Inggris untuk komunikasi bisnis.
Langkah Pembelajaran:
-
Analisis (Understanding the Problem):
Guru memutar video promosi produk lokal dari YouTube. Siswa menganalisis unsur bahasa, gaya promosi, dan target audiens. -
Evaluasi (Evaluating Information):
Siswa menilai kelebihan dan kekurangan dari video yang ditonton, serta mendiskusikan pesan yang paling efektif. -
Kreasi (Creating a New Product):
Siswa berkelompok membuat skrip dan video promosi produk lokal dari daerah masing-masing menggunakan Bahasa Inggris. -
Presentasi dan Refleksi:
Hasil karya ditayangkan di kelas atau diunggah ke platform digital sekolah. Siswa lain memberikan umpan balik dengan kriteria yang disepakati bersama.
Hasil Pembelajaran:
Siswa menunjukkan kemampuan berpikir kritis, kerja sama, dan kreativitas dalam menggunakan Bahasa Inggris. Guru melakukan asesmen berbasis rubrik, menilai aspek konten, penggunaan bahasa, dan orisinalitas ide.
Peran Guru dalam Mendorong HOTS
Dalam konteks CP 2025, guru berperan sebagai fasilitator yang memantik pertanyaan berpikir tinggi, bukan sekadar penyampai materi. Pertanyaan guru harus mengarah pada proses berpikir analitis dan reflektif.
Contoh pertanyaan berpikir tingkat tinggi:
-
“Mengapa strategi promosi ini lebih efektif daripada yang lain?”
-
“Bagaimana kamu bisa menyusun kalimat yang lebih persuasif untuk audiens internasional?”
-
“Apa dampak budaya terhadap cara orang berkomunikasi dalam Bahasa Inggris bisnis?”
Pertanyaan semacam ini mendorong siswa untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan solusi sendiri, sejalan dengan prinsip HOTS.
Asesmen Autentik dalam Pembelajaran HOTS
Penilaian dalam pembelajaran berbasis HOTS tidak cukup dilakukan dengan tes pilihan ganda. Guru perlu menggunakan asesmen autentik yang menilai proses berpikir siswa. Bentuknya dapat berupa:
-
Proyek Digital: seperti video promosi, podcast, atau blog.
-
Portofolio Bahasa: kumpulan karya siswa seperti email, laporan, dan teks promosi.
-
Rubrik Kinerja: menilai keterampilan analisis, kreativitas, dan komunikasi.
-
Self & Peer Assessment: siswa menilai diri sendiri dan teman sekelas berdasarkan kriteria tertentu.
Dengan asesmen ini, guru dapat melihat secara lebih akurat sejauh mana siswa memahami materi dan mengaplikasikannya dalam konteks nyata.
Kendala dan Solusi di Lapangan
Beberapa guru mungkin menemui tantangan ketika menerapkan HOTS di kelas, antara lain:
-
Keterbatasan waktu pembelajaran untuk proyek besar.
-
Kemampuan siswa yang beragam.
-
Kurangnya pengalaman guru dalam merancang soal atau tugas HOTS.
Solusi yang bisa diterapkan:
-
Memulai dengan tugas kecil berbasis analisis atau refleksi sebelum proyek besar.
-
Menggunakan bimbingan bertahap (scaffolding) agar semua siswa dapat berpartisipasi.
-
Mengikuti pelatihan guru atau komunitas MGMP Bahasa Inggris untuk berbagi praktik baik.
Penerapan HOTS membutuhkan adaptasi, tetapi manfaatnya besar: siswa menjadi lebih aktif, mandiri, dan percaya diri dalam menggunakan Bahasa Inggris di dunia nyata.
Kesimpulan
Pembelajaran Bahasa Inggris berbasis HOTS di SMK merupakan langkah strategis untuk menyiapkan generasi muda yang kritis, kreatif, dan siap kerja di dunia global. Melalui integrasi HOTS dengan Capaian Pembelajaran 2025, guru dapat membantu siswa tidak hanya memahami Bahasa Inggris, tetapi juga menggunakannya untuk memecahkan masalah, berinovasi, dan berkomunikasi efektif di lingkungan profesional.
Dengan strategi seperti PBL, PjBL, dan TBLT, serta asesmen autentik yang relevan, guru mampu menciptakan suasana belajar yang bermakna dan menantang. Tantangan pelaksanaan memang ada, namun dengan kolaborasi antar guru dan dukungan teknologi, pembelajaran berbasis HOTS akan menjadi budaya positif di SMK.
Melalui praktik nyata, refleksi terus-menerus, dan kemauan berinovasi, pembelajaran Bahasa Inggris di SMK dapat menjadi sarana untuk menumbuhkan keterampilan berpikir abad 21 yang sesungguhnya—menghubungkan bahasa, teknologi, dan kreativitas untuk masa depan Indonesia yang unggul.
