kepalasekolah.id – Sarana Pendukung Asesmen Nasional 2025: Solusi untuk Kendala Infrastruktur Sekolah. Pelaksanaan Asesmen Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah semakin mendekati jadwal pelaksanaannya. Namun, masih banyak satuan pendidikan di berbagai wilayah Indonesia yang menghadapi kendala terkait sarana pendukung Asesmen Nasional. Dalam menghadapi tantangan ini, berbagai langkah solutif telah disiapkan untuk memastikan kelancaran pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
Asesmen Nasional sendiri merupakan alat evaluasi mutu pendidikan yang mencakup tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. Karena seluruh pelaksanaan dilakukan secara digital, maka dibutuhkan perangkat yang memadai untuk menunjang kegiatan ini. Tantangan muncul ketika sebagian sekolah belum memiliki infrastruktur teknologi yang memadai.
Solusi atas Keterbatasan Sarana
Kementerian memberikan opsi bagi satuan pendidikan yang menghadapi kendala infrastruktur untuk tetap dapat melaksanakan asesmen dengan dukungan dari pihak lain. Salah satu solusinya adalah dengan menumpang di satuan pendidikan terdekat yang memiliki infrastruktur yang lebih baik.
Solusi ini menjadi bentuk sinergi antar lembaga pendidikan dalam satu wilayah, sekaligus wujud gotong royong yang mengedepankan pentingnya pemerataan mutu pendidikan. Dengan kata lain, sekolah yang sudah memiliki perangkat lengkap dapat membantu sekolah sekitar yang masih terkendala, tanpa menghambat kelangsungan asesmen nasional.
Alternatif lain yang bisa diambil adalah meminjam komputer atau laptop dari orang tua murid atau instansi lain seperti pemerintah daerah, perusahaan swasta, maupun lembaga sosial yang peduli pada dunia pendidikan. Langkah ini telah dipraktikkan di sejumlah wilayah dan terbukti efektif membantu sekolah-sekolah kecil di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).
Aplikasi ANBK Menyimpan Otomatis Saat Gangguan
Kekhawatiran lain yang sering muncul adalah kemungkinan hilangnya data asesmen jika terjadi gangguan teknis seperti mati listrik atau putus koneksi internet saat siswa sedang mengerjakan soal. Menanggapi hal tersebut, sistem ANBK sudah dirancang dengan fitur penyimpanan otomatis.
Setiap kali murid menekan tombol “soal berikutnya”, jawaban sebelumnya akan langsung tersimpan dalam sistem. Dengan demikian, jika terjadi gangguan di tengah proses asesmen, siswa tidak perlu mengulang dari awal. Sistem akan kembali ke soal terakhir yang sudah dikerjakan dan dilanjutkan setelah kendala teratasi. Ini adalah bentuk jaminan teknis yang sangat membantu terutama di daerah yang belum memiliki stabilitas listrik atau jaringan internet.
Mengapa Tidak Tersedia Opsi Kertas dan Pensil?
Pertanyaan lain yang sering diajukan adalah mengenai kemungkinan penggunaan format kertas dan pensil sebagai opsi untuk sekolah-sekolah yang belum mampu melaksanakan asesmen digital. Namun, pihak kementerian secara tegas menyatakan bahwa Asesmen Nasional tidak dapat dilakukan secara manual.
Alasannya adalah karena ragam soal AKM dirancang dengan stimulus visual dan interaktif, termasuk konten berwarna, grafik, dan format digital lainnya yang tidak mungkin diakomodasi dalam bentuk cetakan. Jumlah halaman yang diperlukan pun cukup banyak dan tidak efisien untuk dikelola secara manual.
Selain itu, asesmen digital memungkinkan penerapan sistem Computerized Adaptive Testing (CAT) yang menyesuaikan tingkat kesulitan soal berdasarkan jawaban peserta sebelumnya. Fitur ini tidak bisa diterapkan dalam asesmen berbasis kertas, sehingga pengalaman asesmen tidak akan setara antara satu peserta dengan peserta lain jika dilakukan secara manual.
Komitmen Menuju Digitalisasi Pendidikan
Kendati masih ada tantangan, pelaksanaan ANBK menjadi bagian dari upaya besar untuk mendorong transformasi digital dalam dunia pendidikan. Keterbatasan yang ada diatasi melalui kerja sama, inovasi, dan adaptasi teknologi agar seluruh sekolah dapat merasakan manfaat asesmen nasional secara setara.
Bagi sekolah-sekolah yang belum memiliki perangkat, sekarang adalah momen yang tepat untuk menjalin kolaborasi dan melakukan inventarisasi kebutuhan sarana prasarana. Dengan memanfaatkan bantuan dari orang tua, dunia usaha, atau pemerintah daerah, sekolah dapat membentuk ekosistem gotong royong yang mempercepat pemerataan akses teknologi.
Kesimpulan
Asesmen Nasional 2025 akan tetap berlangsung meskipun beberapa satuan pendidikan menghadapi kendala teknis. Dengan solusi seperti menumpang di sekolah lain, meminjam perangkat, serta adanya sistem penyimpanan otomatis di aplikasi ANBK, pelaksanaan asesmen dapat berjalan lancar. Meskipun tidak tersedia opsi berbasis kertas dan pensil, justru hal ini menegaskan komitmen pendidikan Indonesia menuju digitalisasi yang inklusif dan adaptif.
Semua pihak, baik sekolah, orang tua, maupun instansi lainnya, diharapkan turut berperan aktif mendukung suksesnya Asesmen Nasional tahun ini. Karena pada akhirnya, asesmen ini bukan hanya tentang mengukur kemampuan akademik, tetapi juga memotret karakter dan lingkungan belajar secara menyeluruh untuk mendorong perbaikan sistem pendidikan nasional.