kepalasekolah.id – Kumpulan cerita rakyat Nusantara dalam dua bahasa — Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris — ditulis dengan gaya ringan dan modern agar mudah dipahami anak-anak. Setiap kisah membawa pesan moral dan nilai kehidupan yang menginspirasi untuk berbuat baik, bersahabat, dan rendah hati. Temukan keseruan membaca sambil belajar dalam setiap edisi mingguan kami!
Daftar Isi
Legenda Danau Toba
Sumatra Utara
—Versi Bahasa Indonesia—
Di sebuah lembah yang dikelilingi perbukitan hijau di Sumatra Utara, hiduplah seorang pemuda bernama Toba. Ia bekerja sebagai nelayan di sungai yang jernih, hidup sederhana namun rajin dan jujur. Setiap pagi, ia akan berkata dengan semangat,
“Hari ini pasti ada rezeki untukku, sekecil apa pun itu.”
Suatu hari, setelah seharian menjala ikan tanpa hasil, Toba merasa lelah dan hampir menyerah. Namun, ia tetap menebarkan jala sekali lagi sambil berbisik,
“Aku tak boleh putus asa. Rezeki datang bagi yang mau berusaha.”
Ajaib, jala itu terasa berat. Ketika ia menariknya, seekor ikan emas besar muncul dan bersinar di bawah matahari sore. Namun, sebelum Toba sempat menaruhnya di keranjang, ikan itu berubah menjadi seorang gadis cantik berambut panjang keemasan.
“Jangan takut,” kata gadis itu lembut. “Aku adalah putri dari kerajaan bawah air. Karena kebaikanmu, aku diizinkan hidup di dunia manusia.”
Toba tertegun. “Kalau begitu… apakah kau mau tinggal bersamaku?”
Senyum sang gadis meneduhkan. Ia mengangguk, namun berpesan,
“Aku bersedia, tapi dengan satu syarat. Jangan pernah menceritakan asal usulku kepada siapa pun.”
Mereka pun menikah dan hidup bahagia. Tak lama kemudian, lahirlah seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu lucu dan cerdas, namun kadang sedikit manja. Ia sering lupa membantu ibunya di rumah.
Suatu pagi, ibunya berkata lembut, “Samosir, tolong antarkan nasi ini untuk ayahmu di ladang, ya.”
“Baik, Ibu!” jawabnya ceria.
Namun di tengah jalan, Samosir justru berhenti bermain dengan teman-temannya. Ia lupa dengan pesan ibunya. Ketika akhirnya ia datang ke ladang, nasi itu sudah dingin dan sebagian tumpah.
Toba marah, tapi kemudian menatap wajah anaknya yang ketakutan. Hatinya luluh. Ia teringat masa-masa sulitnya dulu, dan bagaimana keberuntungan datang karena kesabarannya.
Ia pun berkata lembut,
“Nak, ayah tidak marah karena nasinya tumpah. Ayah hanya ingin kamu belajar bertanggung jawab dan bersyukur. Makanan ini tidak datang begitu saja. Ada kerja keras dan doa di dalamnya.”
Samosir menunduk. “Maaf, Ayah. Aku akan membantu Ibu nanti di rumah.”
Sejak hari itu, Samosir menjadi anak yang rajin dan suka berbagi dengan teman-temannya. Setiap kali makan, ia selalu mengingat kata ayahnya:
“Bersyukurlah untuk setiap rezeki, sekecil apa pun itu.”
Bertahun-tahun kemudian, desa tempat mereka tinggal menjadi makmur. Sungai yang dahulu kecil berubah menjadi danau besar yang indah. Penduduk menamainya Danau Toba, sebagai tanda syukur atas kehidupan yang damai dan penuh berkah.
—English Version—
In a peaceful valley surrounded by green hills in North Sumatra, there lived a young fisherman named Toba. He lived a simple yet honest life. Every morning, he would smile and say,
“There will always be blessings for those who work hard.”
One day, after fishing all day without any catch, Toba was exhausted but refused to give up. He cast his net one last time and whispered,
“Don’t give up. Effort will bring reward.”
Suddenly, the net became heavy. When he pulled it up, a golden fish shimmered under the sun. But before he could take it home, the fish turned into a beautiful woman with golden hair.
“Don’t be afraid,” said the woman softly. “I’m a princess from the underwater kingdom. Because of your kindness, I’ve been allowed to live among humans.”
Amazed, Toba asked, “Will you stay with me?”
The woman smiled and nodded, “Yes, but promise me—you must never tell anyone about my true origin.”
They married and soon had a son named Samosir, a bright but playful boy. One morning, his mother said kindly,
“Samosir, please take this rice to your father in the field.”
“Alright, Mother!” he replied cheerfully.
But along the way, he stopped to play with his friends and forgot the rice. When he finally arrived, it was cold and spilled.
Toba frowned but then sighed. Instead of yelling, he knelt down and said,
“Son, I’m not angry because the food spilled. I just want you to learn to be thankful. Every meal we have is a blessing from hard work.”
Samosir felt ashamed. “I’m sorry, Father. I’ll help Mother later.”
From that day, Samosir became a helpful boy who loved to share with others. Every time he ate, he remembered his father’s words:
“Be grateful for every blessing, no matter how small.”
Years later, their village prospered. The small river grew into a beautiful lake—Lake Toba, a symbol of gratitude and harmony.
Pesan Moral & Motivasi
Bersyukur dan berbagi membawa kebahagiaan yang abadi.
(Gratitude and sharing bring everlasting happiness.)
