kepalasekolah.id – Kumpulan cerita rakyat Nusantara dalam dua bahasa — Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris — ditulis dengan gaya ringan dan modern agar mudah dipahami anak-anak. Setiap kisah membawa pesan moral dan nilai kehidupan yang menginspirasi untuk berbuat baik, bersahabat, dan rendah hati. Temukan keseruan membaca sambil belajar dalam setiap edisi mingguan kami!
Daftar Isi
Si Kabayan dan Istrinya
(Cerita Rakyat Sunda)
— Versi Bahasa Indonesia —
Si Kabayan dikenal sebagai pemuda yang lucu dan cerdik, tapi terkadang terlalu percaya diri. Suatu hari, ia dan istrinya, Nyi Iteung, pergi ke pasar membawa hasil panen singkong untuk dijual.
Di jalan, Kabayan melihat banyak orang membawa hasil panen yang lebih besar dan lebih banyak darinya. Ia mulai merasa malu dan berkata dengan nada sombong,
“Lihat, Teung! Singkong kita kecil-kecil, tapi aku yakin orang-orang pasar akan memilih punyaku karena aku lebih pandai menjual!”
Nyi Iteung hanya tersenyum, “Heuheu, semoga saja, Kang. Tapi jangan terlalu yakin dulu.”
Sesampainya di pasar, Kabayan berteriak lantang,
“Singkong paling enak! Dijamin empuk dan manis! Siapa yang mau beli?”
Namun, tak seorang pun datang. Orang-orang malah mendekati pedagang lain yang menjual dengan sopan dan tidak berteriak-teriak.
Wajah Kabayan mulai merah. Ia mencoba memotong singkong dan menawarkannya dengan sombong, “Ini singkong pilihan dari ladang terbaik! Tidak ada yang bisa menandingi!”
Tapi seorang pembeli berkata,
“Ah, kalau benar enak, tidak perlu banyak bicara. Biarlah rasa yang membuktikan.”
Kabayan terdiam. Ia sadar, terlalu banyak membanggakan diri justru membuat orang tidak percaya. Akhirnya, ia menurunkan nada bicaranya dan mulai menawarkan dengan ramah, “Silakan dicoba dulu, singkongnya manis, saya jamin suka.”
Perlahan, para pembeli mulai datang. Hari itu, semua singkongnya laku terjual.
Dalam perjalanan pulang, Nyi Iteung berkata sambil tersenyum,
“Nah, Kang, ternyata orang lebih suka yang rendah hati daripada yang suka menyombongkan diri.”
Kabayan mengangguk sambil tertawa kecil,
“Hehehe, iya Teung. Mulutku memang harus belajar rendah hati dulu sebelum jadi pedagang besar.”
— English Version —
Si Kabayan and His Wife
(Sundanese Folklore)
Si Kabayan was known as a funny and clever young man, but sometimes, he was a bit too confident. One day, he and his wife, Nyi Iteung, went to the market to sell their harvest of cassava.
On the way, Kabayan saw many people carrying bigger and better harvests than his. Feeling embarrassed, he said proudly,
“Look, Teung! Our cassava may be small, but I’m sure people at the market will buy mine because I’m the smartest seller!”
Nyi Iteung smiled gently, “Heuheu, maybe so, Kang. But don’t be too sure yet.”
When they arrived at the market, Kabayan shouted loudly,
“The best cassava in town! Soft and sweet! Come and buy!”
But no one came. Instead, people gathered around other sellers who were polite and calm.
Kabayan’s face turned red. He cut a piece of cassava and said proudly,
“This is from the finest field! No one can beat me!”
A buyer replied,
“If it’s really good, you don’t have to say so much. Let the taste prove it.”
Kabayan went silent. He realized that bragging too much made people doubt him. He then spoke softly,
“Please try a little, it’s really sweet. I’m sure you’ll like it.”
Slowly, people started coming to his stall. By the end of the day, he sold everything.
On their way home, Nyi Iteung smiled and said,
“See, Kang, people like those who are humble more than those who brag.”
Kabayan chuckled and nodded,
“Hehehe, you’re right, Teung. My mouth needs to learn humility before I become a great merchant.”
Pesan Moral dan Motivasi
Pesan Moral: Bersikap rendah hati membuat orang lain menghargai kita lebih dalam, sedangkan kesombongan hanya menjauhkan orang dari kita.
Motivasi: Jadilah seperti Si Kabayan yang mau belajar dari kesalahan—karena orang bijak bukan yang tak pernah salah, tapi yang mau memperbaiki diri.
(Moral Message & Motivation: Being humble makes others truly respect us, while arrogance only pushes people away. Be like Si Kabayan, who learns from his mistakes—because a wise person is not one who never errs, but one who is willing to grow.)
